Kompas.com
Senin, 20 Mei 2024

Rayakan Perbedaan

TAG

Cara Ahok dan KPK Tanamkan Budaya Antikorupsi sejak Dini

Jumat, 14 Agustus 2015 | 11:57 WIB
Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengangkat dua tangan sambil menyerukan salam khas Abang None, "Assalamualaikum"
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melaksanakan program Gerakan Nasional "Saya, Perempuan Anti Korupsi !" (SPAK) dan Gerakan Anak "Sembilan Nilai Moral" (Semai).

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, program itu untuk mengedukasi anak-anak tidak melakukan korupsi. Program ini berbentuk permainan yang dapat melatih anak-anak menghindari berbagai upaya korupsi.

"Saya harap Ibu Sylvi (Sylviana Murni) memberi training kepada anak-anak Pramuka untuk memainkan permainan ini. Saya juga mendorong ada permainan antikorupsi itu di masa orientasi sekolah (MOS)," kata Basuki ketika menjadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Pramuka ke-54, di Lapangan Monas, Jumat (14/8/2015).

Basuki menjelaskan cara bermain permainan tersebut. Anak-anak diminta mengambil kartu. Lalu, ada sebuah studi kasus. Seorang anak menuntut orangtua untuk merayakan ulang tahunnya. Orangtuanya bertanya kepada sang anak, apakah mau pesta ulang tahun dirayakan di hotel. Anak-anak diminta menjawab dengan memilih dua kartu yang ada, yaitu kartu dengan jawaban "Ya" atau kartu dengan jawaban "Tidak".

"Kalau ambil kartu 'Tidak', berarti anak ini memiliki sifat kesederhanaan, kejujuran, dan keadilan. Tapi kalau ambil kartu 'Ya', bisa jadi potensi korupsi. Permainan ini harus disosialisasikan biar anak-anak mengerti," kata Basuki. 

Selain permainan, ada juga cerita tentang budaya korupsi. Basuki menceritakan salah satu studi kasusnya. Ada seorang anak meminta orangtuanya memberi hadiah kepada guru, satpam, serta petugas kebersihan ketika hari raya Idul Fitri tiba. Di satu sisi, orangtua mengira anaknya memiliki jiwa sosial baik. Namun, ternyata di sisi lain, anaknya memiliki maksud lain dengan memberi hadiah tersebut.

"Anak itu tenang-tenang saja pas telat sekolah. Ibunya tanya, 'Kok tenang-tenang saja?'. Ternyata anaknya jawab, 'Tenang saja, Bu. Satpam penjaga pintunya kan sudah kita kasih hadiah tiap tahun. Jadi dibolehin masuk kalau telat'. Sifat ini sangat membahayakan ketika dewasa kalau dia jadi pemimpin," kata Basuki.
Penulis: Kurnia Sari Aziza
Editor : Ana Shofiana Syatiri