JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pengguna
smartphone di Indonesia terus bertambah. Pada awal 2014, Indonesia tercatat sebagai negara kelima di dunia dengan penjualan
smartphone terbanyak.
Penggunaan
smartphone tersebut tak lepas dari aplikasi-aplikasi pendukungnya. Menyadari hal ini, Indonesia dianggap perlu beralih dari sekadar konsumer aplikasi menjadi produsen berdaya saing tinggi.
Pada 5 Januari 2015, sebuah
platform untuk menyalurkan kemampuan para pengembang aplikasi
(developer) lokal diluncurkan. Platform bernama Dicoding ini diharapkan dapat menjembatani
developer tanah air dengan pemilik proyek dalam memproduksi aplikasi-aplikasi berkualitas.
Menurut Co-Founder Dicoding, Narenda Wicaksono, Indonesia memiliki banyak sarjana Ilmu Komputer atau Informatika. Namun, masih kurang yang berminat menjadi
developer karena kurangnya mediasi.
"Harapan kami Dicoding mampu melahirkan banyak
developer bertalenta," kata Narenda, dalam keterangan pers yang diterima
KompasTekno.
Untuk memacu kompetisi antar-
developer, Dicoding menggunakan mekanisme Points & Rewards. Dalam hal ini,
developer mendapat kesempatan menyelesaikan tantangan pembuatan aplikasi, lalu akan memperoleh
point dengan jumlah tertentu sesuai aplikasi yang dikembangkan.
Point yang diperoleh dapat ditukarkan dengan
rewards berupa Apple Macbook Air,
Lenovo Thinkpad, Nokia Lumia, dan
Samsung Galaxy Tab.
Saat diluncurkan, 500 pengembang telah bergabung dengan Dicoding. Bagi yang ingin bergabung, dapat mendaftar di
www.dicoding.com melalui akun di
marketplace (
Google Play Store/App Store/Windows Phone Store).