KOMPAS.com - Maukah Anda membeli ponsel tapi tanpa mendapatkan
charger di dalam boks pembeliannya?
Pertanyaan itu diajukan oleh Chief Executive Officer Xiaomi Lei Jun kepada
followers-nya di media sosial Weibo.
Dia beralasan bahwa banyaknya
charger yang dibuat untuk setiap perangkat genggam baru akan berbahaya bagi lingkungan.
Dia membayangkan, seandainya produk baru Xiaomi tidak disertai
charger, para penggunanya akan memakai
charger lama atau membeli yang baru.
Lalu, apa jawaban fans Xiaomi di Weibo? Seperti dilansir
KompasTekno dari Phone Arena, Kamis (18/6/2015), jawaban yang diterima Jun sudah dapat diduga, para fans menolak ide itu.
Dikabarkan, kebanyakan fans menganggap isu lingkungan sebaagi alasan belaka. Hal itu dianggap sebagai cara mengurangi ongkos produksi dan meraup keuntungan.
Kebanyakan pengguna berharap langsung memperoleh
charger begitu mereka membuka boks ponsel yang baru dibelinya.
Charger bawaan seperti itu biasanya beda dengan yang dijual secara bebas.
Saat ini, Xiaomi memang menjual
charger biasa secara terpisah dengan harga 1,7
dollar AS atau sekitar Rp 22 ribu.
Masih soal charger, ada juga masalah teknologi isi ulang dengan cepat alias
quick charging. Fitur bawaan pada chipset buatan Qualcomm ini baru bisa dimanfaatkan jika pengguna punya
charger khusus.
Kalau
charger dijual terpisah, pengguna bisa jadi tak akan membeli versi isi cepat itu.
Vendor ponsel pun berbeda-beda dalam penyertaan
charger isi cepat. Motorola menyediakan
charger khusus itu dalam boks Droid Turbo. Namun LG memilih tidak menyediakannya dalam paket LG G4.
Melihat reaksi dari para
follower-nya, akankah Xiaomi meniadakan
charger dari paket penjualan perangkatnya di masa depan?