Kisah Penginapan Para Atlet Saat Asian Games 1962 di Jakarta

By Aswab Nanda Pratama - Kamis, 30 Agustus 2018 | 11:44 WIB
Wisma Hasta di Jalan Asia Afrika, Senayan pada tahun 1977
Wisma Hasta di Jalan Asia Afrika, Senayan pada tahun 1977 (KOMPAS/TOTOK POERWANTO)

KOMPAS.com - Asian Games 2018 akan berakhir dalam hitungan hari. Menjadi tuan rumah menjadi kebanggaan tersendiri.

Tak terkecuali bagi Indonesia yang telah dua kali menjadi tuan rumah perhelatan olahraga se-Asia ini.

Indonesia pertama kali menjadi tuan rumah pada Asian Games 1962.

Menilik kisah masa lalu, pemerintah mempersiapkan dengan serius berbagai sarana dan prasarana untuk menunjang kesuksesan Asian Games ke-4. 

Stadion-stadion megah dibangun, demikian pula sarana penginapan bagi para atlet.

Pada Asian Games 1962, lokasi penginapan atlet berada di sekitar Senayan. Pemilihan lokasi ini karena Presiden Soekarno ingin penginapan yang dekat dengan stadion utama dan gelanggang olahraga yang menjadi venue pertandingan.

Dalam buku Gelora Bung Karno Ke Gelora Bung Karno karya Julius Pour, Soekarno menginginkan Asian Games 1962 dapat berjalan baik dan lancar.

Pembuktian ini dinilai penting karena saat itu, ada yang menganggap Indonesia belum layak sebagai tuan rumah.

Setelah berhasil terpilih sebagai tuan rumah Asian Games, Soekarno ingin membangun perkampungan berstandar internasional untuk menampung para atlet.

Perkampungan ini memiliki akses yang dekat dengan stadion utama dengan tujuan agar atlet tidak mengalami kesulitan mencapai lokasi pertandingan.

Pembangunan Kompleks

Ketika Senayan ditetapkan menjadi calon lokasi pusat kegiatan olahraga, kawasan itu masih berupa prkampungan penuh rawa dan pepohonan besar.

Jakarta juga masih belum bertumbuh sebagai kota metropolitan. Saat itu, ketika masyarakat mengetahui akan ada proyek pembangunan demi kepentingan negara, mereka tergerak untuk mendukung.

Pemerintah melakukan pembebasan lahan dan penguninya mulai pindah. Setelah itu, proses pembangunan dimulai.

Perancangnya adalah seorang insinyur berkebangsaan Rusia, dan pelaksana dari zeni TNI AD serta para teknisi muda Indonesia.

Unit-unit yang dibangun di Kompleks Senayan ditargetkan mampu menampung kurang lebih 2.500 atlet pria serta 500 atlet wanita.

Di kompleks tersebut dilengkapi dengan ruang makan, poliklinik, kantor administrasi, tempat rekreasi, dan taman persahabatan.

Wisma Aneka I, Wisma Aneka II, dan Wisma Hasta

Setelah perjuangan panjang, perkampungan internasional selesai. Perkampungan internasional terdiri dari Wisma Aneka I, Wisma Aneka II, Wisma Hasta, kantor panitia, ruang makan, Wisma Warta, dan Hotel Indonesia.

Wisma Warta sebagai media center dan berkumpulnya jurnalis yang meliput acara pada Asian Games, sedangkan Hotel Indonesia untuk menginap para delegasi negara-negara sahabat.

Harian Kompas, 26 Mei 2006, menyebutkan , untuk akomodasi atlet putra, dibangun Wisma Aneka I dan II, serta woman dormitory yang dinamai Wisma Hasta.

Semua wisma ini selesai pada Mei 1962.

Wisma Aneka II merupakan bangunan satu lantai yang memiliki 154 unit. Masing masing unit dilengkapi dengan 3 kamar tidur.

Sementara, Wisma Hasta memiliki delapan tingkat yang bisa menampung sekitar 572 orang.

Setelah digunakan untuk Asian Games, wisma tersebut untuk menampung atlet Indonesia.

Seperti diberitakan Harian Kompas, 12 Juli 1977, Wisma Hasta digunakan untuk asrama putri menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON).

Demikian pula Wisma Aneka I dan II, selanjutnya digunakan untuk menampung atlet nasional yang akan bertanding pada PON dan SEA Games.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo 5 Negara Peraih Medali Terbanyak Sepanjang Sejarah Asian Games

Editor : Inggried Dwi Wedhaswary
Artikel Terkait


Close Ads X