BERITA POPULER: Emas Jojo dan Marcus/Kevin hingga Curhat Sandiaga Uno

By - Rabu, 29 Agustus 2018 | 08:11 WIB
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia peraih medali emas Asian Games 2018 Jonatan Christie melakukan penghormatan kepada bendera Merah Putih saat upacara penyerahan medali di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (28/8). ANTARA FOTO/INASGOC/Nafielah Mahmudah/tom/18. *** Local Caption ***
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia peraih medali emas Asian Games 2018 Jonatan Christie melakukan penghormatan kepada bendera Merah Putih saat upacara penyerahan medali di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (28/8). ANTARA FOTO/INASGOC/Nafielah Mahmudah/tom/18. *** Local Caption *** (Nafielah Mahmudah)

1. Emas Jonatan Christie dan Marcus/Kevin di Asian Games 2018

Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie (Jojo), menyabet medali emas nomor perseorangan cabang olahraga bulu tangkis Asian Games 2018. Dalam partai final di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (28/8/2018), Jonatan menaklukkan wakil Taiwan, Chou Tien Chen.

Dalam duel berdurasi 1 jam 10 menit, Jonatan menang rubber game 21-18, 20-22, 21-15. Ini menjadi emas pertama Indonesia dari cabang olahraga bulu tangkis pada Asian Games 2018 setelah dia hanya meraih medali perak nomor beregu.

Hasil ini pun kian menegaskan dominasi Jonatan atas Chou. Dari lima pertemuan yang sudah terjadi, Jonatan selalu menjadi pemenang.

Duel perebutan medali emas antara sesama wakil Indonesia cabang bulu tangkis ganda putra Asian Games 2018 dimenangkan oleh Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Dalam laga final di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (28/8/2018), Marcus/Kevin mengalahkan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dengan rubber game 13-21, 21-18, dan 24-22.

Hasil ini membuat Marcus/Kevin mengikuti jejak enam pasangan ganda putra seniornya yang berhasil meraih medali emas Asian Games. 

Tidak hanya itu, kemenangan Marcus/Kevin semakin mengokohkan status Indonesia sebagai raja ganda putra Asia.

Sejak bulu tangkis dilombakan pada Asian Games 1962, total Indonesia meraih delapan emas dari 15 penyelenggaraan. Jumlah ini menjadi yang terbanyak dari negara lainnya.

Baca selengkapnya: Jonatan Christie Sabet Emas Asian Games 2018

Baca juga: Marcus/Kevin Sabet Emas, Ganda Putra Indonesia Kian Dominasi Asia

 

2. Indonesia Pasti Finis 10 Besar

Klasemen perolehan medali Asian Games 2018 hingga Selasa (28/8/2018) pukul 23.00 WIB.
Klasemen perolehan medali Asian Games 2018 hingga Selasa (28/8/2018) pukul 23.00 WIB. (ASIANGAMES2018.id)
Hari ke-9 penyelenggaraan Asian Games 2018, Senin (27/8/2018), menjadi pesta medali emas bagi kontingen Indonesia. Sepuluh medali emas didapatkan Indonesia pada hari tersebut. 

Pencak silat menjadi sumber utama mendulang emas dengan menyapu bersih delapan medali yang diperebutkan. Dua medali emas lain untuk Indonesia didapatkan dari cabang sport climbing alias panjat tebing. 

Tambahan 10 medali membuat kontingen Indonesia secara total mengoleksi 22 medali emas Asian Games 2018 hingga Senin malam. Hingga Senin malam, jumlahnya bertambah menjadi 24 medali emas. Jumlah itu merupakan yang terbanyak sepanjang keikutsertaan Indonesia di Asian Games. 

Dengan koleksi 24 medali emas, Indonesia punya potensi besar untuk memenuhi target finis di posisi 10 besar klasemen perolehan medali akhir Asian Games 2018. Bahkan, bukan tidak mungkin, bisa finis di posisi lima besar. 

 Baca selengkapnya: Klasemen Perolehan Medali Asian Games 2018, Rekor Indonesia


3. Curhat, Maaf, hingga Sindiran dalam Pidato Terakhir Sandiaga... 

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno didampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan keterangan pers di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta, Kamis (9/8/2018). Prabowo dan Sandiaga Uno resmi maju mencalonkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2019
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno didampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan keterangan pers di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta, Kamis (9/8/2018). Prabowo dan Sandiaga Uno resmi maju mencalonkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2019 (ANDREAS LUKAS ALTOBELI)
Senin (27/8/2018) kemarin menjadi terakhir kali bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno menghadiri rapat paripurna di Gedung DPRD DKI Jakarta.

Dia menghadiri paripurna pemberhentian dirinya sendiri sebagai wakil gubernur. 

Di sana, Sandiaga sekaligus membacakan pidato terakhirnya di depan anggota DPRD DKI dan pejabat DKI Jakarta.

Banyak hal yang disampaikan Sandiaga.

Dalam pidatonya, Sandiaga curhat mengenai alasannya memilih berhenti dari jabatan wagub. Padahal, seharusnya dia bisa mengambil cuti.

"Mempertimbangkan betapa besar tugas seorang wakil gubernur, betapa berat kerja di Jakarta, dan menghindari risiko politisasi jabatan, menjauhkan dari mudharat pejabat yang mengintervensi dan menyalahgunakan birokrasi, anggaran, dan fasilitas, saya memilih ikhlas berkorban untuk tidak mengambil cuti," ujar Sandiaga.

Sandiaga mengatakan, dirinya juga ingin mendahulukan kepentingan warga Jakarta di atas kepentingannya sendiri. Selain itu, keputusan ini juga untuk memberi kepastian kepada wagub yang baru nanti. 

Dia ingin wagub yang baru bisa bekerja maksimal menggantikannya bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 

Permintaan maaf

Pidato itu juga dimanfaatkan Sandiaga untuk meminta maaf kepada warga DKI Jakarta. Dia meminta maaf karena tidak bisa menjalani pemerintahan selama 5 tahun seperti janjinya kerja tuntasnya. 

"Saya juga memohon maaf tidak bisa menuntaskan amanah lima tahun yang telah diberikan kepada saya. Tapi saya percaya Pak Anies (Gubernur Anies Baswedan) dan wakil gubernur baru lebih mampu menuntaskan janji-janji kerja dan komitmen," kata Sandiaga. 

Baca selengkapnya: Curhat, Maaf, hingga Sindiran dalam Pidato Terakhir Sandiaga...

 

 

4. Enam Fakta Terungkapnya Aksi Premanisme Berkedok Sekuriti di Cengkareng

Para preman yang beraksi di Komplek Ruko Seribu, Cengkareng, Jakarta Barat akhirnya ditangkap polisi. Foto diambil di Polres Jakarta Barat, Senin (27/8/2018).
Para preman yang beraksi di Komplek Ruko Seribu, Cengkareng, Jakarta Barat akhirnya ditangkap polisi. Foto diambil di Polres Jakarta Barat, Senin (27/8/2018). (KOMPAS.com/ RINDI NURIS VELAROSDELA)
Polres Jakarta Barat menangkap delapan preman yang terlibat kasus premanisme di kompleks Ruko Seribu Cengkareng, Jakarta Barat, pada Jumat (24/8/2018).

Aksi tersebut meresahkan masyarakat selama bertahun-tahun sebab belum ada satu pun pemilik ruko yang berani melapor. 

Para preman ini diketahui kerap memeras pemilik ruko hingga puluhan juta rupiah. Kompas.com mengumpulkan 6 fakta terkait kasus ini: 

1. Berawal dari video viral 

Aksi penangkapan preman itu pertama kali diunggah akun Facebook Rendi Puguh Gumilang, Minggu (26/8/2018).

Dalam unggahannya, ada tiga video yang menampilkan para preman memeras pemilik ruko.

"Para preman berkedok sekuriti ini ditengarai memeras hingga puluhan juta rupiah selama bertahun-tahun di kompleks Ruko Seribu Cengkareng. Apabila warga tidak membayar, akan dirusak fasilitas ruko bahkan bangunan yang ada," tulis keterangan unggahan tersebut.

Video tersebut viral di sosial media dan telah disebar 50.000 kali sampai Selasa (28/8/2018) pagi. 

"Hingga akhirnya tim Jatanras Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat melakukan penangkapan terhadap para begundal ini. Bahkan, polisi yang menyamar pun memperoleh kekerasan dari kelompok preman ini," lanjut unggahan tulisan tersebut.

"Warga yang melihat/menemukan aksi premanisme seperti ini dapat datang membuat laporan ke SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) Polsek/Polres/Polda sesuai wilayah kejadian agar dapat ditindaklanjuti," sambungnya.

2. Polisi menyamar

Saat melakukan penangkapan, salah satu anggota polisi Polres Jakarta Barat menyamar menjadi masyarakat biasa untuk mendatangi lokasi.

Baca selengkapnya: 6 Fakta Terungkapnya Aksi Premanisme Berkedok Sekuriti di Cengkareng

 

5. Pendukungnya Belum Solid Dukung Jokowi-Ma'ruf, PPP Beberkan 3 Penyebabnya

Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/7/2018).
Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/7/2018). (KOMPAS.com/Devina Halim)
Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani mengungkapkan, pihaknya akan menggerakkan seluruh elemen partai demi memaksimalkan dukungan pemilih PPP terhadap pasangan presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Hal itu menyikapi hasil survei Alvara Research Center yang mengungkapkan pemilih PPP hanya 52,1 persen yang menganggap Jokowi-Ma'ruf sesuai aspirasi mereka. Itu artinya, total pemilih PPP yang bersikap sebaliknya mencapai 47,9 persen.

"Ya, kami semua jajaran partai turun lebih intensif ke akar rumput, terutama dengan memaksimalkan peran para anggota DPR RI, DPRD provinsi, kabupaten, kota," kata Arsul kepada Kompas.com, Senin (27/8/2018).

Menurut dia, ada tiga hal yang menjadi perhatian PPP dalam temuan survei Alvara. Pertama, para pemilih PPP dinilainya berharap Jokowi memilih Ketum PPP M Romahurmuziy atau tokoh PPP lainnya untuk mendampingi Jokowi.

"Kedua, banyak pemilih PPP yang masih mengasosiasikan Kiai Ma'ruf sebagai orang PKB, bukan hanya semata pimpinan tertinggi NU," kata dia.

Ketiga, PPP merupakan partai yang mengubah posisi politiknya dari mendukung Prabowo di Pilpres 2014 menjadi pendukung Jokowi di Pilpres 2019. Arsul mengungkapkan, sebagian pemilih PPP masih ada yang tetap menjalin kebersamaan dengan elemen-elemen pendukung Prabowo.

Baca juga: Pendukungnya Belum Solid Dukung Jokowi-Maruf, PPP Beberkan 3 Penyebab

Editor : Amir Sodikin

Close Ads X