Gerindra: Kami Tak Bisa Minta Gerakan #2019GantiPresiden Kampanyekan Prabowo-Sandi

By Ihsanuddin - Selasa, 28 Agustus 2018 | 13:18 WIB
Seorang relawan berdiri di depan mobil komando deklarasi #2019GantiPresiden di Kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (6/5/2018).
Seorang relawan berdiri di depan mobil komando deklarasi #2019GantiPresiden di Kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (6/5/2018). (Kompas.com/Sherly Puspita)

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengaku tak bisa meminta massa pendukung gerakan #2019GantiPresiden untuk mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Ia menjelaskan, gerakan #2019GantiPresiden murni datang dari masyarakat karena kecewa terhadap kinerja petahana.

"Ya namanya orang macam-macam terserah. Kita enggak bisa ngarahin orang," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/8/2018).

Baca juga: Sekjen Gerindra: Baliho Jokowi Dua Periode Enggak Dilarang, Tuh

Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (1/8/2018) malam.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (1/8/2018) malam. (KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO)

Muzani pun mengakui bahwa mereka yang menginginkan Jokowi diganti pada 2019 belum tentu akan mendukung Prabowo-Sandi.

Sebab, gerakan ini sudah muncul sebelum Prabowo-Sandi mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penantang petahana.

"Kami memberi kebebasan kepada mereka, mengkampanyekan tagline 2019. Kami tidak mengarahkan," kata Muzani.

Baca juga: Gerindra Minta Bansos Diberi Label Uang Rakyat, Bukan Uang Presiden

Kendati demikian, Muzani mengakui bahwa gerakan #2019GantiPresiden ini secara tidak langsung akan menguntungkan Prabowo-Sandi yang diusung Gerindra, Demokrat, PKS dan PAN.

Sebab, pasangan Prabowo-Sandi merupakan satu-satunya penantang Jokowi di Pilpres 2019.

Ia berharap pada akhirnya para pendukung gerakan #2019GantiPresiden ini bisa solid mendukung Prabowo-Sandi.

"Kalau mau dukung kami, syukur," ujarnya. 

Kompas TV Bagaimana masyarakat bisa memahami debat soal utang yang terjadi saat ini?
Editor : Diamanty Meiliana
Artikel Terkait


Close Ads X