Melihat Kualitas Udara di Jakarta dan Palembang Selama Asian Games 2018

By Retia Kartika Dewi - Rabu, 22 Agustus 2018 | 10:04 WIB
Grafik Konsentrasi polusi udara PM10 di Kemayoran, Jakarta.
Grafik Konsentrasi polusi udara PM10 di Kemayoran, Jakarta. (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), www.bmkg.go.id)

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengeluarkan pantauan kualitas udara di dua kota lokasi penyelenggaraan Asian Games 2018, Jakarta dan Palembang.

Kualitas udara ini dikategorikan pada Konsentrasi Partikulat (PM10), yang merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer).

Ada pula kategori Nilai Ambang Batas (NAB). NAB adalah konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien. NAB PM10 senilai 150 mikrogram per meter kubik.

Dilansir dari situsweb resmi BMKG, besarnya konsentrasi polusi udara dapat dikategorikan dalam 5 jenis, yakni:

  • Baik (0-50 mikrogram per meter kubik),
  • Sedang (50-150 mikrogram per meter kubik)
  • Tidak sehat (150-250 mikrogram per meter kubik)
  • Sangat tidak sehat (250-350 mikrogram per meter kubik)
  • Berbahaya (lebih dari 350 mikrogram per meter kubik).

Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, secara umum, udara di Jakarta dan Palembang tergolong baik selama penyelenggaraan Asian Games 2018 yang telah berlangsung beberapa hari ini.

"Jakarta selalu dalam kategori aedang, tapi masih cukup aman untuk terselenggaranya asian games," ujar Siswanto, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/8/2018).

Contohnya, pada Selasa kemarin, secara umum konsentrasi PM10 di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat, berada di kategori sedang. Demikian pula dengan Palembang.

Siswanto menyebutkan, tingginya konsentrasi polusi udara di Jakarta biasanya tak berlangsung sepanjang hari, tetapi pada jam-jam tertentu.

Jam-jam yang biasanya menyumbang angka konsentrasi polusi tinggi sekitar pukul 07.00-09.00 WIB.

"Biasanya di Jakarta itu kira-kira jam 7 sampai jam 9 pagi yang tinggi polusi udaranya, karena di jam-jam seperti itu banyak kendaraan untuk berangkat kerja," ujar Siswanto.

Menurut Siswanto, sebagian besar polusi di Ibu Kota berasal dari emisi kendaraan bermotor.

Adapun dampak yang ditimbukan dari kondisi udara yakni:

  • Kategori Baik: Tidak ada dampak yang mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan. Kategori ini paling baik.

  • Kategori Sedang: Belum ada dampak kesehatan yg dirasakan. Tapi, sudah bisa dirasakan dampak seperti mengurangi keindahan lingkungan dan jarak pandang melihat gedung agak kabur.

  • Kategori Tidak Sehat: Cukup membahayakan untuk orang dengan gangguan spesifik seperti batuk, pilek, dan asma.

  • Sangat Tidak Sehat: Dapat menimbulkan batuk dan asma.

  • Berbahaya: Biasanya kondisi ini merupakan kondisi udara yang beracun.

Siswanto mengungkapkan, ada beberapa hal yang harus jadi perhatian masyarakat dan pihak terkait untuk menekan angka polusi udara:

  • Melakukan traffic controlling untuk mengurangi emisi dari kandaraan bermotor, seperti anjuran penggunaan plat nomor ganjil-genap pada kendaraan.
  • Tidak melakukan pembuangan karena menambah debu partikuler.
  • Jangan menggunakan kendaraan pribadi secara terus-menerus, sesekali menggunakan kendaraan umum.
  • Menggunakan sepeda untuk mengurangi emisi kendaraan bermotor.
  • Penghijauan juga penting karena menangkap partikel-partikel kecil, menghisap debu-debu kecil.
  • Upayakan tidak merokok di tempat terbuka karena menambah emisi polusi udara.
Kompas TV Simak dalam Kompas Petang berikut ini.






Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Close Ads X