Metro Mini, Diandalkan di Asian Games 1962, Dilarang di Asian Games 2018

By Nibras Nada Nailufar - Minggu, 19 Agustus 2018 | 13:28 WIB
Penampakan armada bus metromini yang diamankan Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta dan ditampung sementara di Komplek Terminal Bus Rawa Buaya, Jakarta Barat, Selasa (22/12/2015).
Penampakan armada bus metromini yang diamankan Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta dan ditampung sementara di Komplek Terminal Bus Rawa Buaya, Jakarta Barat, Selasa (22/12/2015). (Andri Donnal Putera)

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melarang Metromini dan Kopaja melintas jalan protokol selama perhelatan Asian Games 2018.

Jika menarik sejarah, keberadaan bus sedang itu justru lahir dari Asian Games.

Kala itu, Presiden Soekarno mengadakan bus-bus untuk mengantar jemput atlet dari Bandara Kemayoran ke Gelora Bung Karno.

Baca juga: Asian Games 2018, Penukaran Tiket Sempat Bermasalah

Setelah Asian Games 1962 dan Ganefo selesai, bus-bus itu lantas dijadikan transportasi masyarakat Jakarta.

Dikutip dari buku "Planning the Megacity: Jakarta in the Twentieth Century" karangan Christopher Silver (2007), Metro Mini kala itu lebih unggul lantaran bisa bermanuver lebih lincah dibanding bus-bus Mercedes-Benz dan Dodge yang dioperasikan Damri.

Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 1976, mengumpulkan 700 bus yang beroperasi sejak 1962 di bawah satu bendera, PT Metro Mini.

Baca juga: Benang Merah antara Pembukaan Asian Games 2018 dan Olimpiade 2012...

Pada tahun 1980, bus-bus tua bagaikan roti ini kemudian diperbarui dengan bus-bus Toyota.

Hingga awal 2000-an, armadanya terus bertambah dan menjangkau hampir seluruh jaringan jalan raya Ibu Kota.

Tarifnya yang murah dan rata untuk sekali jalan membuat bus ini menjadi andalan.

 

Ingin dimatikan di era Ahok

Keberadaan Metro Mini dan sepupunya, Kopaja, mulai terancam dengan adanya Transjakarta yang dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta.

Selain itu, Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Transportasi mengamanatkan semua angkutan umum harus diremajakan setelah 10 tahun.

Baca juga: Asian Games 2018, Wushu Persembahkan Medali Pertama bagi Indonesia

Sebagian besar armada Metro Mini dan Kopaja yang menguasai jalanan umurnya melebihi 10 tahun.

Gubernur DKI kala itu, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, tak ingin Metro Mini dan Kopaja yang jelek itu beroperasi lagi.

Ia mengupayakan agar pemilik kendaraan bergabung di bawah bendera Transjakarta dengan mobil-mobil baru.

Baca juga: Ini Panduan Naik KRL Commuter Line ke Venue Asian Games

Mobil mewah Alphard dengan warna dan logo senada Bus Metro Mini melintas di jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) ruas Pasar Minggu, Jumat (25/10/2013). Warna mobil itu adalah oranye di bagian atas dan biru di bagian bawah dilengkapi logo Metro Mini.
Mobil mewah Alphard dengan warna dan logo senada Bus Metro Mini melintas di jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) ruas Pasar Minggu, Jumat (25/10/2013). Warna mobil itu adalah oranye di bagian atas dan biru di bagian bawah dilengkapi logo Metro Mini. (Warta Kota/Alex Suban)

Pemilik kendaraan keberatan karena tak sanggup jika harus membeli armada baru.

Selain itu, Ahok meyakini bus yang beroperasi memang sudah tak laik jalan dan dikendarai ugal-ugalan.

Salah satu insiden yang terjadi di zaman Ahok, sebuah metromini menabrak ibu dan anak di Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat pada 16 Desember 2015. Akibatnya, sang anak meninggal dunia di tempat dan sang ibu menderita koma.

Baca juga: Rahasia Kecepatan Ganti Baju Tarian Pembukaan Asian Games

Beberapa hari sebelumnya, Metromini menerobos jalur rel kereta di palang Tubagus Angke. Sebanyak 18 orang tewas dalam insiden tersebut.

Ahok yang kala itu sudah bersiap untuk perhelatan Asian Games 2018, membuka rute-rute yang dilayani Metro Mini dan Kopaja untuk mematikannya secara perlahan.

Ia bahkan berjanji, saat Asian Games 2018, tak ada lagi Metro Mini dan Kopaja jelek.

"Nanti semua tamu Asian Games (tahun 2018) datang ke Jakarta enggak ada lagi lihat Metromini jelek di Jakarta," kata Ahok Desember 2016.

 

Nasibnya kini...

Pada akhirnya, Pemprov DKI Jakarta menoleransi keberadaan Metromini dan Kopaja. Toh, jumlahnya semakin sedikit.

Beberapa kali mereka melakukan aksi lantaran trayeknya diserobot Transjakarta padahal mereka punya izin yang diperpanjang.

Baca juga: Inikah Stuntman Jokowi di Video Moge Pembukaan Asian Games?

Mereka tak sanggup membeli kendaraan baru dan memilih menjual armadanya menjadi rongsokan dan alih usaha.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan pihaknya sebenarnya bisa saja mengandangkan bus-bus yang tak laik jalan ini sesuai dengan Perda Transportasi.

Namun menurutnya, itu terlalu menekan pemilik mobil. Ia pun tetap mengikuti rencana awal untuk mengajak pemilik kendaraan bergabung di bawah Transjakarta.

Baca juga: Asian Games 2018, Beto Harap Timnas Indonesia Tidak Terlena

"Konsep yang akan nanti kita akan terapkan itu bukan ingin menjadi Metromini punah, bukan Kopaja punah. Malah justru, ke depan, kita ingin memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada operator existing untuk tetap melakukan usaha di bidang transportasi," ujar Andri, Minggu (19/8/2018).

Andri mengatakan kebijakan ini sesuai dengan keingin Gubernur DKI Anies Baswedan. Anies disebut ingin tak hanya penumpang yang untung, namun juga sopir dan pemilik armada.

Baca juga: Jadwal Pertandingan Atlet Indonesia di Asian Games pada 19 Agustus 2018

Andri menyakini lambat laun, pemilik kendaraan akan bergabung.

"Ya optimis dong. Harus optimis. Selama niat kita mensejahterakan masyarakat. Ada operator, usaha, ada masyarakat, semua ingin menjadi bagus insya Allah bagus," kata dia.

Kompas TV Kemeriahan terlihat pada acara yang hanya diikuti atlet dan official peserta Asian Games yang bertanding di Palembang.



Editor : Diamanty Meiliana
Artikel Terkait


Close Ads X