Instruksi Jokowi soal Ajak Berantem dan Riuhnya Netizen

By Ihsanuddin - Selasa, 7 Agustus 2018 | 10:05 WIB
Rapat Umum Relawan Jokowi di Sentul, Bogor, Sabtu (4/8/2018).
Rapat Umum Relawan Jokowi di Sentul, Bogor, Sabtu (4/8/2018). (KOMPAS.com/Ihsanuddin)

JAKARTA, KOMPAS.com - Pidato Presiden Joko Widodo yang meminta relawannya berani jika diajak berantem terus menuai kritik dari berbagai pihak. Kritik khususnya datang dari para lawan politik.

Mereka menilai tidak pantas kepala negara memprovokasi rakyatnya untuk berkelahi secara fisik. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahmad Muzani misalnya, menilai Jokowi sebagai Kepala Negara telah gagal untuk mempersatukan masyarakatnya yang terdiri dari banyak suku, etnis, agama, banyak latar belakang.

"Tentu aja perbedaan itu ada. Tapi ketika kemudian presiden menyatakan kalau diajak berantem harus berani, saya kira ini sangat menyesalkan. Karena itu bukan ajakan dari pemimpin kepala negara yang mempersatukan, yang menyejukan dalam suasana tahun politik ini," kata dia.

Karena banyaknya kritik yang berdatangan, Presiden Jokowi pun sampai harus memberikan klarifikasinya. Ia merasa tidak pernah memprovokasi relawannya untuk berkelahi.

Tanggapan Jokowi

Kepala Negara pun meminta video pidatonya pada acara rapat umum relawan di Sentul, Bogor, Sabtu pekan lalu itu, tidak ditonton sepotong-sepotong.

"Siapa yang ngomong? Ditonton yang komplet dong," kata Jokowi di sela-sela meninjau atlet dan venue jetski di Ancol, Jakarta Utara, Senin (6/8/2018).

Baca juga: Cerita di Balik Pidato Jokowi yang Minta Relawan Berani Diajak Berantem

Ia membantah keras memprovokasi masyarakat untuk berkelahi. Justru, pesan dalam pidatonya itu adalah masyarakat harus menjaga persatuan dan kerukunan serta jangan saling membangun kebencian di antara warga negara.

"Saya, kan, sampaikan, aset terbesar kita adalah persatuan, kerukunan. Oleh sebab itu, ya jangan sampai membangun kebencian, saling mencela, saling menjelekkan. Saya sampaikan itu," ujar Jokowi.

"Coba dirunut ke atas, jangan diambil sepotongnya saja. Nanti enak yang mengomentari, kalau seperti itu. Dilihat secara keseluruhan, konteksnya kan kelihatan," lanjut dia.

Potongan video di media sosial

Mayoritas video yang beredar di media sosial memang merupakan potongan-potongan pendek yang direkam oleh para relawan sendiri.

Tak banyak video lengkap pidato Jokowi yang bisa ditemukan karena awak media yang saat itu meliput diminta meninggalkan ruang acara saat pidato Jokowi baru berjalan 5 menit.

Sementara, kata-kata 'berani diajak berantem' itu keluar dari mulut Jokowi di menit ke-8 detik ke-50.

Baca juga: Jokowi: Relawan Kalau Diajak Berantem Jangan Takut

Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan, "Jangan bangun permusuhan, jangan membangun ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang. Tapi kalau diajak berantem juga berani."

Pernyataan Jokowi itu langsung membuat relawan bersorak riuh. Saat itu, Jokowi sempat tidak melanjutkan pidatonya selama sekitar 15 detik sebelum suasana tenang dan melanjutkan kembali pidatonya.

Jokowi kemudian mengatakan, "Tapi jangan ngajak (berantem) loh. Saya bilang tadi, tolong itu digarisbawahi. Jangan ngajak. Kalau diajak (berantem), tidak boleh takut."



Narasi yang disampaikan Jokowi itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pimpinan relawan saat jumpa pers usai acara.

"Tentu saja jika kita diajak berkelahi kita tidak akan menghindari. Kita adalah petarung-petarung," kata Ketua Umum relawan Pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi.

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto meniliai pernyataan Jokowi itu bukan berarti relawan diminta berkelahi, namun hanya untuk bersiap siaga. Ia juga menilai kesiapan berkelahi yang diperintahkan Jokowi bukan dalam artian fisik, melainkan verbal.

"Ya namanya memberikan semangat, yang penting kan tidak sampai ribut. Memang tradisi konflik dalam kultur Jawa yang dipakai Pak Jokowi, konflik tertinggi itu kan bukan berantem, tapi kalau tidak saling berbicara," kata Hasto.

Baca juga: Jusuf Kalla: Pak Jokowi Kan Tidak Katakan Hantam

Wakil Presiden Jusuf Kalla juga memberikan pembelaannya untuk Jokowi. Ia mengatakan, pidato Jokowi itu merupakan hal yang biasa.

"Artinya (itu) kalau Anda diserang. Ya Anda mestinya mempertahankan diri, kan. Masa diserang tak mempertahankan diri. Itu hukum, membela diri," ujar Kalla.

"Pak Jokowi kan tidak katakan 'hantam'. Cuma mempertahankan diri. Itu wajar saya saya kira," tambah dia.

Kompas TV Simak dialognya dalam Sapa Indonesia Malam berikut ini.



Editor : Sabrina Asril

Close Ads X