PDI-P Beri Pembekalan ke Caleg Artis, dari Krisdayanti hingga Tina Toon

By Ihsanuddin - Senin, 30 Juli 2018 | 20:12 WIB
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto memberikan pembekalan kepada para caleg artis yang akan diusung dalam Pemilu 2019, di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Senin (30/7/2018).
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto memberikan pembekalan kepada para caleg artis yang akan diusung dalam Pemilu 2019, di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Senin (30/7/2018). (kompas.com/Ihsanuddin)

JAKARTA, KOMPAS.com - PDI-P memberikan pembekalan kepada para bakal caleg artis yang diusung di Pileg 2019.

Menurut Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, lewat tangan para artis yang berkualitas lah, Indonesia yang berkepribadian di bidang budaya, sebagai salah satu cita-cita Trisakti Bung Karno, bisa diwujudkan.

“Bung Karno mengatakan Indonesia berkepribadian dalam kebudayaan, yakni kebudayaan kita. Bukan kebudayaan Amerika, bukan kebudayaan Eropa, bukan India, kebudayaan Arab, bukan kebudyaan China," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/7/2018).

Pembekalan itu digelar di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Senin pagi.

Hadir belasan bacaleg artis PDI Perjuangan, seperti Rano Karno, Tina Toon, Andre Hehanusa, Harvey Malaiholo, Jeffry Waworuntu, Angel Karamoy, Ian Kasela, Krisdayanti, Chica Koeswoyo, Sarry Koeswoyo, Lita Zen dan Kirana Larasati.

Baca juga: Benny Susetyo: Demokrasi Kita Seperti Pasar Bebas, Banyak Artis dan Pengusaha Jadi Caleg

Hasto mengatakan, kaderisasi PDI-P, termasuk kepada para bacaleg artis, dilakukan untuk membangun watak kesadaran akan kebudayaan Indonesia.

“Makanya jalan kaderisasi akan membuka kesadaran bahwa kita menghormati dan mengekspresikan rasa cinta tanah air,” ujarnya.

Kepada para bacaleg artis, Hasto bercerita tentang sejarah kaderisasi partai berlambang banteng. Dia mengatakan, kaderisasi baru bisa dilakukan PDI Perjuangan pasca-reformasi 1998, setelah sebelumnya selama 32 tahun rezim Orde Baru memecah belah partai ini.

“Maka ketika Ibu Mega bergabung dengan PDI tahun 1986, dan 1987 ikut pemilu lalu terpilih sebagai anggota DPR. Beliau ke daerah-daerah dan berjuang agar ‘tenggorakan rakyat’ yang selama ini tersumbat, bisa bersuara kembali”, kata Hasto.

Selain bicara kaderisasi, Hasto juga membahas tentang bumbu-bumbu nusantara yang menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia. Kekayaan cita rasa nusantara ini pernah ditulis Bung Karno dengan judul ‘Mustika Rasa’ pada 1967.

“Tidak ada negara di manapun sekaya kita dalam hal aneka cita rasa bumbu-bumbu. Bung Karno mengatakan, makanan Indonesia ini bercitarasa surga, bayangkan,” kata Hasto.

Kekayaan cita rasa nusantara inilah, lanjut Hasto, yang kemudian disajikan lewat makanan-makanan dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955.

“Ada soto, bajigur, ubi kayu. Itu menu utama kita. Sekarang kita meninggalkan itu. Jadi nanti kalau kampanye, buatlah apotek hidup. Kita minum jamu, tauco, tempe, tahu, buntil, oncom,” kata Hasto.

Baca juga: Fenomena Caleg Artis dan Transfer Politisi

Hasto menjelaskan ada pesan ideologis di balik upaya Bung Karno mempopulerkan bumbu nusantara tersebut. “Dari lidah dan perut rakyat Indonesia tidak boleh terjajah oleh makanan impor,” ujar Hasto mengutip pesan sang proklamator.

PDI-P membagi pembekalan terhadap calegnya berdasarkan latar belakang profesi. Pada pembekalan selanjutnya, akan dilakukan untuk kelompok purnawirawan TNI dan POLRI; ilmuwan dan akademisi; dan kelompok tokoh-tokoh agama.

Setelah seluruh persyaratan terpenuhi, selanjutnya akan diadakan sekolah Partai.

Kompas TV Pemilu 2019 jadi ajang pertaruhan semua patai politik untuk meraih suara besar setidaknya untuk lolos dari ambang batas parlemen.



Editor : Krisiandi
Artikel Terkait


Close Ads X