Dedi Mulyadi Kerap Bangun Rumah untuk Warga Miskin, Pencitraan atau Kebiasaan?

By Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha - Senin, 30 Juli 2018 | 08:54 WIB
Dedi Mulyadi membantu menurunkan genteng rumah tak layak huni milik pasangan buruh tani, Tama (55) dan Raisah (45) di Karawang.
Dedi Mulyadi membantu menurunkan genteng rumah tak layak huni milik pasangan buruh tani, Tama (55) dan Raisah (45) di Karawang. (KOMPAS.com/ IRWAN NUGRAHA)

KOMPAS.com - Meski sudah tidak menjabat lagi sebagai bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi terus melakukan kegiatan sosial membantu bangun rumah warga yang nyaris ambruk.

Selama dua hari kemarin, Sabtu (28/7/2018) dan Minggu (29/7/2018), ketua DPD Golkar Jawa Barat ini membongkar dan membangunkan kembali rumah warga miskin di dua tempat berbeda.

Pada Sabtu lalu, Dedi membangunkan rumah untuk Mak Jua (97) di Kampung Babakan Jeruk, Desa Lengkong Jaya, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya.

Bilik rumah Mak Jua sudah tampak menghitam. Hal ini karena anyaman bambu itu sudah tidak bisa menahan cuaca dingin dan panas yang silih berganti. Kayu penyangga rumah nenek itu pun sudah lapuk dimakan rayap.

Selain itu, atap rumah berukuran 15x8 meter itu menghamburkan debu saat tertiup angin. Hal ini menandakan bahwa susunan bambu penopang atap sudah sangat lapuk. Rumah tersebut, kapan pun bisa roboh.

Dedi bersama warga kemudian membongkar rumah Mak Jua untuk dibangun kembali menjadi rumah dengan arsitektur kultural, yakni rumah panggung khas Sunda.

“Rumah panggung itu multifungsi, tahan gempa dan anti banjir. Kemudian, sirkulasi udaranya juga lebih bermanfaat untuk kesehatan karena tidak pengap,” kata Dedi di sela kerja bakti membangun rumah Mak Jua, Sabtu.

Baca juga: Haru Sang Jawara Saksikan Rumahnya Dibangun Kembali Dedi Mulyadi

Selain itu, bagian kolong rumah panggung dapat difungsikan untuk kandang ternak. Menurut Dedi, memelihara ternak merupakan kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkan orang-orang terdahulu.

Lalu pada keesokan harinya, Minggu (30/7/2018), pria yang belum beruntung pada Pilkada Jawa Barat ini kembali membangunkan rumah tak layak huni milik buruh tani pasangan Tama (55) dan Raisah (45). Rumah tersebut awalnya beralas tanah dengan dinding anyaman bambu.

Gubuk berukuran 8x7 meter itu tidak hanya dihuni Tama dan Raisah, tetapi juga oleh anak ketiga beserta cucu yang masih berumur satu tahun.

Kedua mata Raisah tampak berbinar air mata. Sementara suaminya, Tama terlihat tertunduk tanda bersyukur.

“Alhamdulillah Pak, saya bersyukur, terima kasih, bapak sudah membantu kami,” kata Raisah.

Dididik empati

Sementara itu, terkait kegiatannya yang selalu membantu warga miskin, Dedi mengatakan hal itu merupakan kebiasaan dari masa kecil.

Menurut Dedi, ada orang menganggap kegiatannya adalah pencitraan, terutama saat dia menjadi calon wakil gubernur Jabar. Padahal, kata dia, hal itu sudah menjadi komitmen dirinya terhadap rakyat kecil.

"Saya sejak kecil sudah dididik oleh ayah saya untuk berempati kepada sesama," kata Dedi.

Dedi mengisahkan, saat ia masih kecil, ayahnya setiap masak daging ayam selalu menyisihkan sebagian untuk diantar kepada anak yatim, namanya Herman. Padahal di rumah Dedi sendiri juga tidak cukup.

"Itu bagian dari kepekaan ayah saya," kata dia.

Lalu setiap sore, ada penjual kayu bakar bernama Mang Anta. Dia menjual kayu bakar dari akar pohon karet di kampung yang mayoritas warganya menggunakan kayu bakar.

"Bayangin aja di kampung saya yang sebagian besar orang menggunakan kayu bakar, Mang Anta berjualan kayu bakar. Tentu saja kayu bakarnya tidak laku. Menjelang magrib, kami selalu beli. Ditukar dengan uang. Kalau tak punya uang, ya dibayar dengan beras," kisahnya.

Kebiasaan membantu warga yang membutuhkan pun terbawa hingga Dedi kuliah di Purwakarta, menjadi anggota DPRD, wakil bupati hingga menjabat bupati Purwakarta selama dua periode.

"Saya dari Subang, kuliah di Purwakarta. Kuliah sambil sekolahkan anak yatim.
Jadi anggota dewan pun punya anak yatim. Jadi wabup (wakil bupati) pun sama, punya anak yatim untuk disekolahkan," katanya.

Dia mengaku, di jalan kerap ada orang tiba-tiba berhenti dan mengucapkan terima kasih karena sudah disekolahkan oleh Dedi.

"Padahal saya tidak kenal dengan orang itu. Mungkin saya lupa," katanya.

Dedi juga mengaku memiliki kebiasaan jika di jalan melihat sesuatu yang ganjil dan menyedihkan selalu berhenti. Misalnya, ada kakek-kakek yang berjualan bangku, tangga atau pemulung, dia selalu berhenti.

"Ada tukang taraje (tangga dari bambu) dan bangku, itu susah lakunya. Saya pun beli. Jadi di rumah numpuk taraje dan bangku," kata Dedi lantas tertawa.

Baca juga: Dedi Mulyadi Tetap Penuhi Janji Bantu Warga meski Kalah di Pilkada Jabar

Kebisaan itu terus sampai sekarang. Dedi mengaku tak tega ketika melihat rumah tak layak huni warga miskin di wilayahnya, Jawa Barat. Maka ia pun membantu sekuat tenaga.

Ketika ditanya soal dana untuk bantu perbaiki rumah, Dedi mengatakan disisihkan dari usaha pertanian dan peternakan miliknya.

"Kemudian ada juga dermawan yang sering bantu. Ada saja orang bilang saya ikut. Kalau ada orang yang bantu saya terbuka," kata pria yang kerap memakai iket kepala khas Sunda itu.

Kompas TV Bakal cawagub Jabar Dedi Mulyadi menggelar pidato kebudayaan malam ini. Acara ini digunakan Dedi untuk mengenalkan visi misinya



Editor : Farid Assifa
Artikel Terkait


Close Ads X