Aerator dan "Nano Bubble" Sudah Dipasang Demi Hilangkan Bau Kali Item

By Ardito Ramadhan - Kamis, 19 Juli 2018 | 20:35 WIB
Mesin aerator yang dipasang di Waduk Sunter diharapkan dapat mengurangi bau tak sedap di Kali Item, Kamis (19/7/2018).
Mesin aerator yang dipasang di Waduk Sunter diharapkan dapat mengurangi bau tak sedap di Kali Item, Kamis (19/7/2018). (KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

JAKARTA, KOMPAS.com - Mesin aerator dan teknologi nano bubble telah dipasang di sekitar Kali Item yang letaknya tak jauh dari Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.

Kasubbag Kepegawaian Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Supriyono mengatakan, kedua alat itu dipasang guna mengurangi bau tak sedap dari Kali Item yang dikeluhkan warga.

"Kalau aerator itu untuk mengurangi bau dari Waduk Sunter. Jadi pas airnya dialirkan ke Kali Item, baunya sudah berkurang," kata Supriyono, kepada wartawan, Kamis (19/7/2018).

Baca juga: Sandiaga Ungkap Alasan Kali Item Samping Wisma Atlet Ditutup Kain Waring

Supriyono menuturkan, Waduk Sunter merupakan salah satu sumber air yang mengalir ke Kali Item. Oleh karena itu, ada dua mesin aerator yang dipasang di Waduk Sunter.

Adapun teknologi nano bubble mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk mengurangi bau. Akan tetapi, Supriyono menilai alat tersebut tidak dapat berjalan maksimal.

"Kalau untuk menghilangkan kayaknya enggak mungkin lah, hanya untuk mengurangi lah, hanya mengurangi bau," kata Supriyono.

Supriyono menuturkan, aerator di Waduk Sunter telah dipasang sejak seminggu yang lalu sementara teknologi nano bubble telah berfungsi sebulan belakangan.

Baca juga: Pemasangan Kain Waring di Kali Item Samping Wisma Atlet Disebut Perintah Anies

Sebelumnya, Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan mengatakan, teknologi nano bubble yang dipinjamkan dari Singapura dapat menjernihkan dan menghilangkan bau tak sedap dari Kali Item.

"Ada namanya nano bubble untuk melakukan reservoir, melakukan treatment di situ supaya airnya bening, tidak bau. Kemudian, akan kami lakukan proses penjernihan di sana," kata Teguh.

Kompas TV Petugas kesulitan menangkap buaya yang belum diketahui berasal dari mana ini.
Editor : Robertus Belarminus
Artikel Terkait


Close Ads X