Mengenal Urban Downhill di Kaki Merapi

By Tjahjo Sasongko - Sabtu, 31 Maret 2018 | 16:45 WIB
Urban downhill, ilustrasi
Urban downhill, ilustrasi ()



BOYOLALI, Kompas.com -  Musim downhill telah tiba dan 76 IDH Urban yang digelar di kawasan New Selo, Boyolali, sejak Sabtu (31/3) ini akan menjadi seri pembuka gelaran 76 Indonesian Downhill musim 2018. Trek yang terletak di kaki Gunung Merapi ini dipilih karena dianggap bisa memacu adrenalin pecinta olahraga ekstrim, khususnya downhill di Indonesia.

Tapi, apa sebenarnya Urban Downhill itu? Kira-kira apa bedanya dengan Downhill yang selama ini dikenal sebagai balap sepeda menuruni bukit untuk mencari waktu tercepat?

Direktur Indonesian Downhill, Parama Nugroho, menjelaskan Urban Downhill adalah versi ringan dari disiplin Downhill yang selama ini dikenal. Menurut pria yang akrab disapa Nunung itu, urban downhill biasanya dilakukan di kawasan penduduk atau tempat wisata yang dikunjungi banyak wisatawan.

“Urban Downhill itu lebih ke light downhill, versi ringan dari olahraga downhill. Sama-sama mencari pembalap tercepat sampai ke finish, tapi Urban Downhill diadakan di tempat yang lebih mudah dijangkau, tujuannya untuk memperkenalkan downhill ke penggemar sepeda gunung (MTB),” katanya, Jumat (30/3).

Tingkat kesulitan trek juga dibuat lebih ringan, dengan tantangan yang tidak terlalu sulit tapi tetap memberi peluang pada pembalap untuk menampilkan aksi terbaiknya. Hal ini sengaja dilakukan untuk menstimulasi partisipasi rider pemula.

“Harapannya memang mereka yang tertarik dan baru saja menekuni sepeda gunung berani mencoba dan merasakan downhill,” ujar Nunung lagi.

 

Urban downhill, ilustrasi
Urban downhill, ilustrasi ()


Karena disebut sebagai versi ringan, trek di event Urban Downhill dibuat lebih pendek. Jika biasanya panjang trek adalah minimal dua kilometer untuk downhill reguler maka trek urban downhill rata-rata panjangnya hanya satu kilometer saja.

Untuk urusan sepeda, para pembalap tak perlu memacu sepeda dengan spesifikasi khusus downhill. Mereka bisa menggunakan sepeda jenis all mountain (AM) ataupun Freeride (FR) yang masih memiliki jarak kerja suspensi yang cukup panjang. Namun, untuk urusan keselamatan tak ada kompromi. Para pembalap tetap harus mengenakan perlengkapan safety lengkap mulai dari helm fullface, pelindung lutut dan siku, hingga pelindung badan dan leher.

“Karena ini versi ringan, kami ingin lebih memperkenalkan downhill sehingga kami buat treknya lebih menyenangkan meski tetap ada unsur memacu adrenalinnya. Seperti di New Selo ini, trek dibuat dengan rintangan yang sebenarnya tidak mudah, tapi asyik,” ucap Nunung.

Editor : Tjahjo Sasongko

Close Ads X