Membawa Pencak Silat ke UNESCO

By - Kamis, 11 Mei 2017 | 19:46 WIB
Lebih dari seribu penonton yang berasal dari perwakilan 185 negara anggota Unesco dan praktisi beladiri, terpukau dengan aksi pesilat-pesilat Maspi  yang mewakili 6 perguruan dan 2 aliran Pencak Silat Jawa Barat, Ciung Wanara, Panglipur, Gelar Pusaka MHI, Pager Kancana, Si Macan Tutul dan Badak Putih, serta Aliran Cikalong dan Sera.
Lebih dari seribu penonton yang berasal dari perwakilan 185 negara anggota Unesco dan praktisi beladiri, terpukau dengan aksi pesilat-pesilat Maspi yang mewakili 6 perguruan dan 2 aliran Pencak Silat Jawa Barat, Ciung Wanara, Panglipur, Gelar Pusaka MHI, Pager Kancana, Si Macan Tutul dan Badak Putih, serta Aliran Cikalong dan Sera. (Maspi)


PARIS, Kompas.com - Harapan bangsa Indonesia menjadikan Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda  menyeruak setelah penampilan Tim Pencak Silat MASPI (Masyarakat Pencak Silat Indonesia) berhasil mengguncang panggung pertunjukan Salle 1 Unesco House, selasa malam waktu Paris Perancis, (Rabu WIB).  

Lebih dari seribu penonton yang berasal dari perwakilan 185 negara anggota Unesco dan praktisi beladiri, terpukau dengan aksi pesilat-pesilat Maspi  yang mewakili 6 perguruan dan 2 aliran Pencak Silat Jawa Barat, Ciung Wanara, Panglipur, Gelar Pusaka MHI, Pager Kancana, Si Macan Tutul dan Badak Putih, serta Aliran Cikalong dan Sera.  

Paduan rampak kendang pencak dan gerakan seni  bela diri  yang di peragakan para pesilat,  menjadikan  pencak silat bukan hanya seni bela diri tetapi juga sebuah performa seni pertunjukan.   “Menarik dan megagumkan.  Pencaksilat ternyata bukan sekedar jurus-jurus   cara berkelahi. Pencak silat sebuah seni bela diri yang dapat dinikmatisebagai sebuah tontonan yag unik’’ demikian menurut salah seorang penonton yang melakukan standing applause di akhir pertunjukan.
 
Acara yang dihadiri Duta Besar Indonesia untuk Perancis, Hotmangaradja M. P. Pandjaitan, Duta Besar/wakil delegasi tetap Indonesia untuk UNESCO Tubagus Ahmad Fauzi Soelaiman, Walikota Bandung Ridwan Kamil dan artis senior sekaligus UNESCO Goodwil Ambassador untuk kawasan Asia Tenggara Christine Hakim ini menampilkan pergelaran pencak silat tematik non naratif dengan tema “Friendship, Brotherhood & Everlasting Peace," pergelaran ini merupakan dukungan nyata MASPI terhadap proses pengajuan Pencak Silat untuk menjadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda asal Indonesia.

“Puji syukur Alhamdulillah, kegiatan ini bisa berjalan dengan sukses dan mudah-mudahan menjadi pembuka jalan sehingga pada akhirnya Pencak Silat ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda asal Indonesia. Kita patut bangga melihat penampilan tim pencak silat Indonesia yang tampil dengan penuh kesungguhan demi membawa nama Bangsa dan Negara di pentas UNESCO ini” ujar Edwin Senjaya wakil ketua DPRD kota  Bandung yang juga Pembina MASPI.

Sebagaimana diketahui, akhir Maret  2017 pencaksilat diajukan ke UNESCO untuk menjadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda , Intangible Cultural  World Heritage.  Pengajuan ini dilakukan Indonesia mengingat pencaksilat memuhi syarat dan memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh bela diri lain. Penampilan pencaksilat di kota Paris ini merupakan aksi program untuk mempromosikan Pencaksilat goes to UNESCO.

 “Dengan tampil di kota Paris yang merupakan salah satu kota besar pusat seni dan budaya dunia, tentunya kita tidak bisa menampilkan pergelaran yang sekedarnya saja, konsep pergelaran ini tidak lepas dari berbagai unsur penting dalam pertunjukkan yang sangat kami perhatikan, unsur komposisi, koreograpi, artistic, penataan lighting, tata busana, make up dan aransemen musik menjadi unsur yang penting dan sangat kami perhatikan, unsure tersebutlah yang membuat pergelaran pencak silat ini berbeda dengan pergelaran pencak silat yang biasa di tampilkan pada umumnya, kami ingin memperkenalkan pencak silat tidak hanya dari sisi beladiri saja, namun juga mengandung unsur seni, budaya, falsafah, artistik dan hiburan” papar Wahdat MY, yang merupakan penanggung Jawab pergelaran dalam tampilan di kota Paris ini.

“Pergelaran pencak silat serupa pernah di tampilkan di berbagai negara di eropa pada kisaran tahun 1989 – 2003 lalu, namun untuk pergelaran di markas besar Unesco ini adalah pergelaran perdana” sambung Wahdat.

Tampilnya pencaksilat dipentas UNESCO ini tidak lepas dari dukungan penuh pemerintah Kota Bandung dan pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kebudayaan & Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kedutaan Besar RI untuk Perancis & Kedutaan Besar/Wakil delegasi tetap Indonesia untuk UNESCO yang telah mendukung penuh atas program ini dan diharapkan hal ini dapat di pertahankan demi keberlangsungan berbagai program dukungan terhadap proses pengajuan pencak silat menjadi warisan budaya dunia tak benda dari Indonesia.” Ujar ketua MASPI, Asep Gurwawan yang juga ambil bagian dalam aksi panggung pencaksilat ini.

Sementara itu,  Christine Hakim menyatakan perlunya komitmen yang kuat dari para stakeholder pencaksilat di tanah air, baik pelaku dan  pamangku pencaksilat, pemerintah dan masyarakat  umum, untuk mendukung upaya menjadikan Pencaksilat sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda.

“Apa yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung patut dicontoh oleh pemerintah dan stakeholder pencaksilat lain. Karena tanpa dukungan pemerintah dan stakeholder  akan sulit bagi Indonesia untuk menjadikan pencaksilat sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda.”  

Hal senada juga diungkapkan  Duta Besar/wakil delegasi tetap Indonesia untuk UNESCO Tubagus Ahmad Fauzi Soelaiman,” Secara criteria Pencaksilat sangat memenuhi syarat, namun semua itu harus didukung penuh oleh para stakeholder pencaksilat. Kalau semua iu sudah dilakukan saya yakin pencaksilat akan segera ditetapkan UNESCO menjadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda.”  
Diperkirakan akhir tahun 2018 atau awal 2019 hasil evaluasi UNESCO terhadap pencaksilat sudah selesai, sehingga  tahun 2019 mendatang pencak silat sudah ditetapkan UNESCO sebagai  Warisan Budaya Dunia Tak Benda atau Intangible Cultural  World Heritage.

Editor : Tjahjo Sasongko
Artikel Terkait


Close Ads X