GM Indonesia Tantang HR-V dengan Trax Diesel?

Minggu, 9 Agustus 2015 | 11:04 WIB
Carscoop Bodinya lebih kompak ketimbang Captiva.

Jakarta, KompasOtomotif – GM Indonesia telah diketahui sedang mempelajari crossover Chevrolet Trax untuk dipasarkan di dalam negeri. Informasi baru mengungkap, GM Indonesia bukan hanya mempertimbangkan pilihan mesin bensin 1.4L turbo tapi juga mesin diesel 1.6L untuk bersaing bersama model sekelas, yaitu Honda HR-V dan Ford EcoSport.

“Trax, artinya kita akan terus melakukan analisa apakah kendaraan ini cocok untuk Indonesia. Mungkin mobilnya cocok tapi apakah bahan bakarnya cocok di sini. Korsel yang jelas enggak Euro II. Kita melakukan cek, apapun mobilnya tentu kita harus disesuaikan dengan infrastruktur,” ujar Kepala Hubungan Eksternal GM Indonesia, Yuniadi Hartono, di Jakarta, Jumat (7/8/2015).

Bila dipasarkan, kemungkinan besar Trax akan diambil secara utuh (CBU) dari Korea Selatan (Korsel) memanfaatkan ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA) agar harga jual bisa ditekan. Di Korsel, Trax kini masih ditawarkan varian mesin bensin 1.6L bertenaga 140 tk dan torsi 200 Nm.

Trax dengan mesin diesel 1.6L, akan meluncur di Korsel pada September mendatang, kemampuan varian ini bertenaga 135 tk dan torsi 321 Nm. Mesin baru itu dirancang GM dan Opel di Jerman dan sudah menyesuaikan Euro VI.

Trax untuk Indonesia tentu butuh penyesuaian, sebab di dalam negeri masih menganut kebijakan emisi setara Euro II. Yuniadi menyinggung soal bahan bakar diesel, dikatakan bahan bakar yang paling banyak beredar yaitu solar dengan kadar sulfur di atas 2.000 ppm. Distribusi bahan bakar diesel yang lebih baik, PertaDex dengan kadar sulfur di bawah 500 ppm, dirasa tidak merata.

“PertaDex ada di semua tempat gak? Kita kan harus melakukan proses jangan sampai hal itu merugikan konsumen,” ucap Yuniadi.

Bahan bakar bukan satu-satunya yang butuh penyesuaian. Satu yang perlu dicermati mobil-mobil di Korsel mengadopsi setir kiri, sementara di Indonesia setir kanan. Keputusan mengimpor model dari Korsel harus dikaji matang agar sesuai skala bisnis.

“Karena pada akhirnya kesuksesan operasi kami di Indonesia tergantung ada pasarnya atau tidak. Jadi kita ga bisa memasukan semua (model) kalau memang tidak ada pasarnya,” papar Yuniadi.

Penulis : Febri Ardani Saragih
Editor : Azwar Ferdian