Jangan Sepelekan... Jakarta dan Surabaya Masuk 5 Kota Termacet di Dunia!

Minggu, 28 Juni 2015 | 03:47 WIB
SHUTTERSTOCK.COM Pertumbuhan kendaraan bermotor di Jakarta tak sebanding dengan pertumbuhan jalan yang hanya mampu mencapai 0,01 persen per tahun.

KOMPAS.com – Bukan cuma Jakarta, urusan kemacetan parah juga menjadi masalah di banyak kota di dunia. Setidaknya itu bisa dilihat dari survei terbaru tentang tingkat kemacetan kota-kota di dunia.

Survei ini mengukur kondisi lalu lintas di 78 kota di Asia, Australia, Eropa, Utara dan Selatan Amerika. Namun, survei ini tidak memasukkan India dan Vietnam.

Data survei dikumpulkan dari jutaan pengguna alat navigasi TomTom di dunia. Lalu di tiap-tiap kota, dihitung jumlah rata-rata kendaraan berhenti per kilometernya. Hasil itu lalu dikalikan dengan rata-rata jarak tempuh pengemudi per tahun.

Berdasarkan survei tersebut, dua kota di Indonesia masuk jajaran lima besar. Berikut urutan 5 sampai 1 kota-kota paling macet di dunia:

5. St Petersburg, Rusia

SHUTTERSTOCK.COM Mobil berderetan menuju pusat kota di jam-jam sibuk. Selama 8 tahun terakhir, pengguna kendaraan bermotor telah naik sebanyak 50 persen.

Hingga 1918, St Petersburh pernah menjadi ibu kota Uni Soviet. Sejak itu, kota ini memang telah menjadi pusat industri.

Tak heran, hingga saat ini St Petersburg menjadi kota metropolitan terbesar kedua di Rusia dan keempat terbesar di daratan Eropa. Setiap hari, bus di sana mengangkut hingga 3 juta penumpang.

Namun, walaupun transportasi air dan kereta rutin beroperasi, kemacetan tetap terjadi. Menurut survei, pengemudi di kota berpenduduk 4,8 juta jiwa ini harus mengerem kendaraannya sebanyak 29.040 kali per tahun.

Bahkan, pada jam-jam sibuk, mereka masih harus menambah waktu tempuh selama 29 menit. Dalam setahun, warga St Petersburg menghabiskan rata-rata 110 jam dalam kemacetan.

4. Surabaya, Indonesia

Kota Arek Suroboyo ini mengalami pertumbuhan kendaraan bermotor yang luar biasa. Pada 2012 saja, jumlah total kendaraan bermotor tercatat mencapai 2,2 juta unit. Sementara itu, panjang jalan Surabaya hanya 2.102 kilometer saja.

Lantaran para pengemudi Surabaya menginjak rem sebanyak 29.880 kali per tahun, Surabaya pun harus puas bertengger di posisi ke-4. Prestasi tak memuaskan ini mendorong Wali kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma melakukan berbagai perbaikan.

Mulai 2014, jam kerja pasar tumpah Keputran dan beberapa lokasi lain dibatasi dari pukul 21.00 WIB hingga 05.00 WIB saja. Di tahun ini, Risma juga memantau langsung 400 titik rawan macet melalui layar televisi berukuran 40 inch di kantornya.

3. Kota Meksiko, Meksiko

Penduduk surga telenovela ini harus menghentikan kendaraan sebanyak 30.840 kali per tahun. Perjalanan yang seharusnya hanya ditempuh 30 menit, harus memakan waktu hingga dua kali lipat saat jam-jam sibuk di malam hari.

Rata-rata kecepatan mobil di Kota Meksiko hanya 17 km/jam saja. Tidak aneh, pengendara menjadi kesal dibuatnya. Bahkan , kerugian akibat macet bahkan mencapai 2,5 miliar dolar AS atau setara Rp 33.2 triliun di tahun 2012.

2. Istanbul, Turki

SHUTTERSTOCK.COM Jembatan Bosphorus, Istanbul, Turki. Jembatan ini adalah penyambung antara benua Asia dan Eropa. Setiap pagi dan malam di saat hari kerja, 6 jalur jembatan menjadi jalan tempat orang menyetir untuk berangkat dan pulang bekerja.

Di sana, penduduknya menghabiskan rata-rata 125 jam per tahun di jalan macet. Macet menjadi hal biasa di Istanbul. Makin sore, kemacetan biasanya semakin parah.

Pengendara harus menginjak rem sebanyak 32.520 kali per tahun. Sementara itu di jalan tol, tingkat kemacetan mencapai 79 persen dan 50 persen di sepanjang jalan protokol.

1. Jakarta, Indonesia

Ibu kota Indonesia ini tercinta menjadi jawara macet. Penduduk Jakarta harus berhenti karena macet sebanyak 33.240 per tahun.

Berdasarkan data kepolisian, pada 2014, sebanyak 17,5 juta kendaraan bermotor berseliweran di jalanan Jakarta. Menanjak tajam dari angka 16 juta di tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini tak sebanding dengan pertumbuhan jalan Jakarta yang hanya mampu mencapai 0,01 persen per tahun.

Tak dimungkiri, bagi pengendara mobil, masalah macet Ibu Kota sudah menjadi menu sehari-hari. Bahayanya, kondisi kemacetan tersebut sering mengundang hal-hal tak diinginkan untuk kendaraan mereka. Contoh nyatanya adalah goresan pada bodi mobil, benturan merusak dari pengendara lain, dan banyak lagi.

Agar terhindar dari masalah biaya perbaikan mobil menjulang tinggi, ada baiknya Anda bersiap dengan asuransi mobil. Tidak ada kata terlambat untuk urusan asuransi mobil. Apalagi, kini informasi tentang asuransi bisa didapatkan dengan mudah lewat layanan internet.

Perlu diketahui, jenis asuransi ada beragam. Tidak semuanya dapat menanggung risiko komplit. Biasanya, Anda harus melakukan ‘perluasan’ jika ingin memasukkan tanggungan kerusakan sebagian, kondisi bencana, huru-hara, atau banjir dalam perjanjian asuransi.

Namun jika membutuhkan info lebih detail, Anda dapat langsung berkonsultasi dengan pihak asuransi. Mudah! Anda bisa mampir ke gerai asuransi mobil di mall-mall tertentu sambil menikmati liburan akhir pekan bersama keluarga.

Salah satunya, Garda Oto telah membuka 14 Garda Center di mall-mall di beberapa kota besar Indonesia. Diantaranya yaitu Jakarta, Depok, Medan, Solo, Cikarang, Tangerang, dan Surabaya.

Penulis : Adhis Anggiany Putri S
Editor : Latief