Cuma Lima Merek, ImoS Terancam Kurang Semarak

Rabu, 15 Oktober 2014 | 19:00 WIB
KompasOtomotif-donny apriliananda Suasana JMCS 2012. Tahun ini berubah nama menjadi IMOS.

Jakarta, KompasOtomotif – Indonesia Motorcycle Show (ImoS) sebagai gantinya Jakarta Motorcycle Show (JMCS) yang diselenggarakan tahun ini terancam kurang meriah. Hal ini lantaran cuma lima merek sepeda motor yang ikut sebagai peserta. Bandingkan dengan dua tahun tahun lalu (JMCS 2012) dengan peserta mencapai sembilan merek.

Lima merek yang ikut tahun ini adalah Honda, Suzuki, Yamaha, Kawasaki (anggota AISI). Lalu ada SYM (non-AISI), sepeda motor asal Taiwan. Satu merek lagi TDR International tidak dikategorikan sebagai pemegang merek. Kondisi itu minus Ducati, Husqvarna, Victory, BMW, dan KTM yang dua tahun lalu muncul sebagai peserta pameran.

Apakah ini kemunduran? ImoS seharusnya bisa menjadi barometer kemajuan teknologi sepeda motor yang beredar di Indonesia. Semangat AISI untuk menunjukkan teknologi terkini pun terbentur dengan sedikitnya merek yang tampil. Cita-cita menjadikan ImoS atau JMCS baru sebagai etalase perkembangan sepeda motor dunia di Indonesia sedikit terhambat.

Ketua AISI Gunadi Sindhuwinata dalam konferensi pers di FX Mal Sudirman, (15/10/2014), justru bertanya kepada organizer, dalam hal ini PT Amara Pameran Indonesia (API). ”Tentu kami ingin IMoS menjadi barometer industri sepeda motor. Kami juga mengaca pada pertumbuhan merek lain. Upaya API menjaring mereka (merek lain) juga sangat penting,” ujarnya.

Ditambahkan Gunadi, semua akan dievaluasi, termasuk mencari tempat yang lebih besar. Industri sepeda motor berkembang pesat saat ini dengan banyaknya merek-merek baru bermunculan. ”Kami juga ingin mereka (merek-merek lain) ikut IMoS,” imbuh Gunadi.

Mahal itu Relatif
Sempat ada selentingan bahwa salah satu merek tidak ikut karena terbentur harga sewa stan. Hal ini wajar menjadi pemikiran para pemegang merek. Apalagi, kebanyakan merek-merek kecil tidak memiliki investasi sebesar merek-merek mapan di Indonesia. Jika terbebani biaya sewa mahal, dikhawatirkan mereka sibuk mengejar penjualan, bukan lagi fokus memamerkan teknologi dan mengedukasi soal keselamatan berkendara.

Apa kata organizer? Direktur API, Romi, di kesempatan yang sama, mengatakan bahwa pihaknya sudah menawarkan ke banyak merek. Dikatakannya, mahal atau tidak itu relatif. ”Komponen untuk pameran itu banyak, dan kami tidak hanya melihat profit. Kita tahu, untuk sewa tempat (JCC) sudah mahal. Beriklan di media untuk promosi mendatangkan pengunjung harganya juga terus naik,” kata Romi.

Ditambahkan Romi, pihaknya tidak bisa memaksakan. Apalagi, sebagai organizer, API sangat paham biaya apa lagi yang akan dikeluarkan peserta selain sewa stan, mulai menyiapkan penampilan booth hingga pendukung acara.

”Kami sudah melakukan pendekatan, sampai mencarikan kontraktor (untuk booth) yang murah. Yang jelas kami sudaah berusaha dan tentu tidak bisa memaksakan,” tukas Romi.

Cukup ironis memang. Jika hanya karena alasan biaya pameran yang mahal dan tidak ada solusi, cita-cita IMoS menjadi tempat berkumpulnya teknologi sepeda motor lambat laun berubah menjadi ajang jualan.

Penulis :
Editor : Donny Apriliananda