-

Mencari Titik Cerah dari Pilkada Serentak

Senin, 3 Agustus 2015 | 10:06 WIB

Akhir 2015 mendatang, Pilkada serentak untuk pertama kalinya dilaksanakan dalam perjalanan politik Indonesia. Pemilihan kepala daerah ini bukan hanya menjadi ajang menemukan pemimpin baru di daerah, tetapi sekaligus menjadi titik pencerahan untuk bangsa.

Terkait Pilkada serentak 2015, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengatakan  rakyat patut mendahulukan kepentingan dalam cakupan yang luas, yakni bangsa dan negara, dibanding kepentingan pribadi. Momentum Pilkada belakangan memunculkan persaingan dalam bentuk pemboikotan. Pemimpin yang dicintai rakyat dan dinilai berprestasi dianggap sulit ditandingi sehingga ada partai politik yang tak mengajukan calon kepala daerah. Tujuannya, agar Pilkada ditunda penyelenggaraannya.

"Saya tidak setuju teman-teman berpikir pendek, misalnya memboikot satu pihak. Cara pandang itu kurang mendidik," ujar ia dalam pidatonya di Seminar Kebangsaan "Peneguhan Gerakan Kebangsaan Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur" di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Sabtu (1/8/2015).

Pencerahan memang menjadi visi utama yang ingin dibawa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Surabaya (IMM UMSurabaya) lewat seminar ini. Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Surabaya Mahsun Jayadi mengatakan persoalan kebangsaan tetap aktual sampai sekarang.

"Isu kebangsaan sangat dirasakan oleh umat bangsa ini. Bukan hanya persoalan ekonomi, pengangguran, lapangan kerja sulit, tapi juga persoalan keteladanan. Krisis keteladanan dan kepemimpinan," katanya Sabtu lalu.

Pencerahan itu, menurut pemuda Muhammadiyah, sejalan dengan pesan mendasar yang digagas Muhammadiyah yakni Islam berkemajuan dan Indonesia berkemajuan. Untuk mewujudkan itu, pemuda Muhammadiyah bergerak dalam koridor "memajukan kesejahteraan umum" dan "mencerdaskan kehidupan bangsa".

Menurut Zulkifli, mencerdaskan kehidupan bangsa tidak cukup hanya dengan pendidikan, melainkan juga dengan ditanamkannya sikap kebangsaan dalam bertoleransi atas kemajemukan Indonesia.

"Bayangkan kalau tidak ada pencerahan, saudara-saudara di Timur Tengah itu baku hantam. Itukah pencerahannya? Jangan kita ramai soal NU- Muhammadiyah, sejatinya kita ini bersaudara, satu nenek moyang," kata ia.

Pencerahan berarti, menurut Zulkifli, memandang jauh ke depan untuk kepentingan bersama, demi mewujudkan Indonesia berkemajuan. Di momen Pilkada serentak inilah bangsa Indonesia diajak belajar menghilangkan ego masing-masing dan mendahulukan kepentingan masyarakat luas, dengan cara berkompetisi sehat.


FOKUS MPR
+
Dihadapan delegasi Pondok Pesantren Modern Baitussalam Prambanan, Jawa Tengah, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengatakan, para santri memiliki jasa yang sangat besar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Masyarakat Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, yang biasanya menonton pertunjukan reog, kali ini pada 28 Oktober 2018, mendapat suguhan pagelaran wayang kulit
Sembilan anggota baru MPR dilantik Ketua MPR
Sistem demokrasi liberal yang berlaku di Indonesia, membuat kesempatan para calon yang memiliki modal finansial lebih besar.
Anggota MPR dari Fraksi PKB, Mohammad Toha,  mengatakan, sebelum UUD Tahun 1945 diamandemen,
Selengkapnya di www.mpr.go.id