Ini Bocoran Lima Sila Kesepakatan Kota Cerdas Asia-Afrika

Rabu, 22 April 2015 | 14:42 WIB
dokumen Dyandra Convex General Chairman Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015, Prof Dr Suhono Harso Supangkat saat menjelaskan konsep kota cerdas di hadapan delegasi kota dan negara Asia Afrika, saat pembukaan AASCS 2015 di Bandung, Rabu (22/4/2015).
BANDUG, KOMPAS.com - Pertemuan kota cerdas Asia Afrika atau Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 diharapkan dapat menghasilkan berbagai kesepakatan terkait penyelesaian masalah perkotaan. 

Kesepakatan tersebut telah disusun, dan akan dirumuskan dalam pertemuan puncak AASCS pada Kamis, 23 April 2015. AASCS sendiri merupakan bagian dari rangkaian acara Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat.

General Chairman AASCS 2015, Prof Dr Suhono Harso Supangkat, mengugkapkan, hingga saat ini terdapat lima kesepakatan atau panca sila yag akan diajukan pada pertemuan antar-pemimpin kota malam ini, Rabu (22/4/2015) dan besok pagi, Kamis (23/4/2015).

"Lima sila ini masih tentatif, kami masih membuka kesempatan bagi usulan-usulan baru utuk menyelesaikan masalah perkotaan secara bersama-sama demi terciptanya kota cerdas di negara Asia-Afrika," ujar Suhono.

Kelima sila yang diusulkan menjadi kesepakatan bersama tersebut adalah, pertama membangun pemahaman yang sama akan model, dan konsep kota cerdas. Kedua, membangun kota cerdas yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Ketiga, membangun sistem layanan kesehatan masyarakat dalam kerangka kesehatan cerdas. Keempat, membangun sistem pembayaran cerdas yang memungkinkan transaksi ekonomi antarkota Asia-Afrika berjalan mudah dan efisien.

"Dan kelima membangun dan menciptakan generasai muda kreatif berjiwa entrepreuneur," imbuh Suhono.

AASCS 2015 merupakan pertemuan kota cerdas perdana yang diikuti oleh 446 peserta, termasuk 7 wali kota dari Indonesia, dan 18 wali kota dari mancanegara. Selain itu, hadir juga partisipan dari 39 negara, dan 69 kota di Asia Afrika. Meeka berasal dari berbagai latar belakang berbeda, mulai akademisi, pengelola kota hingga pelaku industri.

Comments: