kompas.com

Artikel

Jenis Pekerjaan Baru Bermunculan di Era Digital, Perguruan Tinggi Harus Bagaimana?

Selasa, 30 Mei 2017 | 15:39 WIB

Banyak hal yang terjadi seiring dengan perkembangan teknologi. Selain gaya hidup manusia yang lebih berorientasi pada hal-hal yang berbau digital, terjadi juga perubahan pada pasar tenaga kerja.

Kondisi tersebut dibenarkan oleh Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri. Ia mengatakan perubahan teknologi yang begitu pesat menyebabkan perubahan karakter pekerjaan dan munculnya jenis-jenis pekerjaan baru yang mengandalkan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

“Beberapa waktu lalu kita diperkenalkan dengan internet, lalu muncul mobile internet. Sekarang sudah muncul lagi artificial intelligence. Teknologi ini memungkinkan adanya taksi tanpa supir, layanan customer service tanpa operator manusia, dan sebagainya,” ujar Hanif.

Selain itu ia mengatakan perkembangan teknologi menghadirkan sejumlah pekerjaan baru, tetapi di saat yang bersamaan menghilangkan jenis pekerjaan tertentu.

Misalnya saja saat ini dengan semakin mudahnya pengiriman pesan lewat email, aplikasi-aplikasi percakapan, dan faksimili, masyarakat tidak lagi saling berkirim surat. Pekerjaan pengantar surat pun punah dengan perlahan.

“Sekarang sudah jarang pekerjaan mengantar surat. Orang lebih senang menulis lewat email atau dengan mudah berkirim pesan lewat Whatsapp,” ujarnya.

Menurut Hanif, perkembangan teknologi yang semakin masif memang memberi dampak positif karena mempermudah kehidupan manusia. Namun, perkembangan teknologi seperti pisau bermata dua. Jika tidak diantisipasi maka bisa saja mengancam keberadaan manusia.

Oleh karena itu, lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi sebaiknya mulai mengkaji apakah kurikulum dan program-program studi yang diselenggarakan masih relevan atau tidak.

 “Dulu orang bicara human resources, tapi sekarang  orang lebih bicara human capital. Human resources berarti hanya fokus pada tenaga kerjanya, sedangkan human capital pengertiannya lebih untuk mendorong ekonomi berbasis pengetahuan,” kata Hanif.

Ia berharap  perguruan tinggi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan di pasar kerja. Tujuannya agar input SDM lulusannya sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.