Baterai Smartphone di Eropa Akan Lebih Mudah Dilepas - Kompas.com
Jumat, 5 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Baterai Smartphone di Eropa Akan Lebih Mudah Dilepas

Rabu, 4 Maret 2020 | 14:46 WIB
Baterai Li-Po Redmi 2 Prime berkapasitas 2.200 mAh dan dilapis stiker berwarna jingga seperti baterai-baterai smartphone lainnya dari Xiaomi.Oik Yusuf/ Kompas.com Baterai Li-Po Redmi 2 Prime berkapasitas 2.200 mAh dan dilapis stiker berwarna jingga seperti baterai-baterai smartphone lainnya dari Xiaomi.

KOMPAS.com - Pemanasan global dan isu lingkungan kini menjadi permasalahan yang sangat serius. Perubahan iklim yang ekstrim juga disebabkan oleh semakin banyaknya emisi gas karbon dari limbah elektronik.

Oleh karena itulah, Uni Eropa (UE) akan mendorong para vendor pembuat smartphone, tablet, dan earphone nirkabel untuk menggunakan baterai yang mudah diganti untuk setiap produk mereka. 

Menurut laporan media asal BelandaHet Financieele Dagblad, rencana kebijakan ini tengah disusun oleh badan eksekutif Uni Eropa.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa para pejabat UE berencana untuk mengajukan proposalnya secara resmi untuk didiskusikan bersama publik pada bulan depan.

Kebijakan ini muncul karena pihak Uni Eropa menganggap bahwa smartphone dengan baterai yang mudah dilepas, dapat menekan jumlah limbah elektronik.

Sebab, saat ini mayoritas ponsel yang diproduksi oleh para vendor, memiliki baterai yang sulit untuk diganti jika mengalami kerusakan. 

Baca juga: Apple Bikin Robot Penambang Logam Mineral dari Limbah iPhone

Jika rusak, pemilik ponsel harus membawa perangkat ke gerai resmi untuk pergantian. Tak sedikit dari mereka yang justru memilih untuk membeli ponsel baru ketimbang mengganti baterai. 

Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan para pengguna tak harus membeli ponsel baru ketika komponen baterai pada ponsel yang mereka miliki bermasalah. 

Dengan demikian, jumlah limbah elektronik diharapkan dapat berkurang dengan siginifikan. Pasalnya, pihak Uni Eropa memperkirakan bahwa dunia teknologi menyumbang emisi karbon yang besar.

Dirangkum KompasTekno dari Business Insider, Rabu (4/3/2020), pada tahun 2016 saja Uni Eropa mencatat total limbah elektronik yang dihasilkan adalah 12,3 juta metrik ton, atau rata-rata 16,6 kg tiap penduduk.

Baca juga: Ada Komponen Berbahan Limbah di iPhone XS, XS Max, dan XR

Tak hanya itu, UE beberapa waktu lalu juga menginisasi untuk membuat standar pengisi daya telepon yang bisa digunakan untuk semua merek dan tipe perangkat. Namun tak sedikit vendor yang menolak. 

Salah satunya adalah vendor Apple yang menolak gagasan ini pada bulan Januari lalu. Raksasa teknologi itu berargumen bahwa regulasi itu akan menghambat inovasi dan akan menghasilkan limbah sendiri.

Penulis: Putri Zakia Salsabila
Editor : Yudha Pratomo
Sumber: businessinsider.com