Kaleidoskop 2016: Penanganan Banjir di Jakarta - Kompas.com
Kamis, 25 April 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Kaleidoskop 2016: Penanganan Banjir di Jakarta

Senin, 19 Desember 2016 | 06:20 WIB
KOMPAS.com/Akhdi Martin Pratama Tanggul Kali Ciliwung di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Selasa (26/1/2016).


JAKARTA, KOMPAS.com - Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, secara perlahan mulai lepas sebagai ikon  salah satu daerah langganan banjir di Jakarta.

Penanganan banjir di permukiman padat penduduk itu dilakukan dengan menertibkan bangunan-bangunan di tepi Sungai Ciliwung.

Kawasan Kampung Pulo masuk dalam paket program normalisasi Sungai Ciliwung di Kelurahan Kampung Melayu, tepatnya dari Jalan Abdulah Syafei hingga Jembatan Tongtek atau hampir sepanjang dua kilometer.

Pemerintah kemudian melakukan normalisasi di Kampung Pulo pada pertengahan 2015 dan selesai sekitar Maret 2016.

Hal itu mengubah kondisi tepian Ciliwung di Kampung Pulo yang dulu berupa tempat tinggal, menjadi jalan inspeksi dan tanggul, lengkap dengan pintu air.

Jika dikilas balik satu hingga tiga tahun ke belakang, Kampung Pulo merupakan salah satu daerah rawan banjir.

Ketika banjir, banyak petugas pemadam kebakaran, TNI, Polri, tim SAR, atau relawan yang bersiaga di sekitar Kampung Pulo.

Pada 18 November 2013, puluhan RT di tiga RW di sana terendam banjir hingga 1 meter.

Banjir tinggi di Kampung Pulo tercatat terjadi pada 2007. Warga menggambarkan, ketinggian airnya mencapai 4 meter di beberapa titik.

Pada 18 Januari 2014, sekitar 2.000 warga Kampung Pulo dilaporkan mengungsi ke berbagai tempat seperti rumah ibadah, kantor pemerintahan, pelataran rumah sakit, hingga di Jalan Jatinegara Barat karena banjir.

(Baca: Ahok: Enggak Ada Lagi Cerita Manggarai Siaga 1, Enggak Ada Lagi Kampung Pulo Banjir...)

Tinggal kenangan

Namun, setelah dinormalisasi, banjir di Kampung Pulo kini seperti tinggal kenangan. Awal 2016, warga Kampung Pulo mulai merasakan hidup terbebas dari ancaman banjir.

Agus (56), warga RT 15 RW 02 Kampung Pulo mengatakan, tempat tinggalnya kini tidak kebanjiran lagi.

"Semenjak saya tinggal di sini, baru kali ini enggak banjir. Padahal kalau dulu, situasi begini banjir," kata Agus, Selasa (8/3/2016) lalu.

Menurut Agus, tanggul yang dibangun di sekitar Kampung Pulo sangat membantu dalam penanganan ancaman banjir di sana.

Tanggul dengan jalan inspeksi di sampingnya jadi benteng penahan saat permukaan air Ciliwung meningkat.

Kalaupun kini ada genangan, tingginya hanya sekitar 20 sentimeter karena resapan yang masuk lewat pintu air.

Genangan hanya terjadi di sekitar got-got permukiman warga yang dekat dengan jalan inspeksi.

Fakta setelah dinormalisasi, penanganan ancaman banjir di Kampung Pulo dinilai sukses.Kini, tidak ada lagi cerita warga Kampung Pulo harus mengungsi jika Bendung Katulampa di Bogor siaga I, memindahkan kendaraan ke permukaan jalan yang lebih tinggi, atau ratusan petugas dan relawan yang bersiaga di Kampung Pulo.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama lega karena kawasan Kampung Pulo akhirnya bebas dari banjir.

"Sekarang kamu tanya orang Kampung Pulo, masih ada cerita sinetron Kampung Pulo enggak? Dulu, TV itu selalu namanya hujan dan ada banjir kiriman dari Bogor pasti ke Kampung Pulo langsung shoot. Kalau dua meter (banjirnya) wah jadi sinetron," kata Ahok di Balai Kota, Jumat (22/4/2015).

Bicara lebih luas, normalisasi Ciliwung tidak hanya dilakukan di Kampung Pulo. Normalisasi akan dilakukan dari Jembatan Jalan TB Simatupang hingga Pintu Air Manggarai sepanjang 19 kilometer.

Kawasan yang sedang dikerjakan normalisasi sekarang ini misalnya di tepi Ciliwung di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan dan kawasan Cawang.

Kawasan Grogol

Tak hanya Kampung Pulo, penanganan banjir juga disebut membuahkan hasil di Jalan S Parman, tepatnya dekat Kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.

Banjir yang biasa terjadi di Jalan S Parman kini sudah berkurang. Awal 2016, hujan deras sempat mengguyur kawasan tersebut tapi tidak menyebabkan banjir.

Twitter Ruas jalan S Parman di depan Universitas Trisakti dan Universitas Tarumanegara, Grogol, Jakarta Barat terendam banjir setinggi 30 hingga 50 cm, Sabtu (18/1/2014).


Padahal, di tempat yang sama, pada 2014-2015, akses jalan tersebut nyaris lumpuh karena banjir setelah diguyur hujan deras.

Kawasan tersebut kini mulai bebas dari banjir. Sempat ada genangan yang disebabkan saluran air tidak beroperasi normal akibat dipenuhi sampah tapi kini rutin dibersihkan petugas.

"Sering lihat petugas bersihin sampah di kali dan got. Jadi air jalannya lancar, enggak sampai meluap ke jalan," kata seorang mahasiswa Trisakti, Malvin.

Cepat surut

Jelang akhir 2016, Jalan S Parman beberapa kali digenangi air saat diguyur hujan deras. Namun genangan tersebut cepat surut karena saluran air sudah lebih bersih.

"Sekarang cepat (surut) Mas, ada genangan, petugas langsung datang, cuma sebentar saja genangannya," ujar seorang warga saat ditemui di lokasi, Nur.

Ahok menduga, ada unsur kesengajaan di balik genangan yang kembali terjadi di Jalan S Parman.

Ahok yakin bahwa munculnya genangan di Grogol itu berkaitan dengan usulan pembelian pompa baru. Menurut Ahok, Grogol bukan lagi kawasan yang gampang tergenang saat hujan deras.

Oleh karena itu, ia curiga adanya unsur kesengajaan. Ahok mengaku sempat menegur anak buahnya terkait genangan di Jalan S Parman tersebut.

Meski sempat tak setuju, Ahok akhirnya mengabulkan pembelian pompa baru untuk kawasan itu.

SMAN 8 Bukit Duri

Lokasi lain yang kini bebas banjir adalah SMA Negeri 8 di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Beberapa tahun lalu, sekolah ini adalah langganan banjir.

Kini, warga setempat mengatakan, banjir tak lagi menggenangi sekolah tersebut karena jalan masuk ke sekolah sudah ditinggikan.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok  pernah meninjau sekolah itu dan meminta pintu masuknya dibuat tinggi.

Pintu masuk yang tinggi itu berfungsi seperti tanggul sehingga genangan hanya terjadi di luar dan tidak sampai masuk ke dalam sekolah.

"Kan pernah dikunjungi sama Pak Gubernur (Ahok) sekolahnya, terus jalan masuknya ditinggikan," kata Harto (54), saat ditemui di samping SMAN 8, Minggu (27/11/2016) pagi.

Ahok menilai, banjir di sekolah itu bisa dihilangkan karena adanya tanggul laut sepanjang 3,8 kilometer di Jakarta Utara. Tanggul laut itu ada di Cilincing, Tanjung Priok, Muara Angke dan Muara Baru.

 “Sekarang kan nggak ada cerita lagi SMA 8 banjir,” ucap Ahok.

Kompas.com/Robertus Belarminus Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 8 di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, tahun ini sudah tidak pernah kebanjiran lagi. Minggu (27/11/2016).

 (Baca: Akses Jalan Ditinggikan, SMAN 8 Kini Tidak Lagi Kebanjiran)

Kepala Sekolah SMAN 8 Agusman Anwar menuturkan, tanggul setinggi 40 sentimeter yang dibuat di jalan masuk itu dapat mengurangi ancaman banjir.

"Kalau dulu 40 sentimeter air sudah menggenang nih. Perbandingannya 80 persen dibanding sebelumnya, selama ketinggian di sekitar sekolah masih 40 sentimeter ke bawah," ujar Agusman, Jumat (22/4/2016).

Kompas TV Banjir 3 Meter Rendam Kampung Pulo

Page:

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Robertus Belarminus
Editor : Indra Akuntono