Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..
KOMPAS.com – Indonesia mencatat rekor tertinggi kejadian bencana alam pada 2016. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, hingga November tahun ini telah terjadi 1.985 bencana di Tanah Air.
Jumlah tersebut dua kali lipat dibandingkan tahun 2007, yang sebanyak 816 bencana. Setahun berikutnya, BNPB mencatat ada 1.073 bencana dan bertambah lagi menjadi 1.246 bencana pada 2009. Jumlah itu terus meningkat menjadi 1.633 bencana (2010), 1.633 (2011), 1.811 (2012), 1.674 (2013), 1.967 (2014), dan 1.677 (2015).
"Jumlah kejadian bencana (2016) ini adalah rekor tertinggi yang pernah terjadi sejak 10 tahun terakhir," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan pers, Minggu (13/11/2016).
Sutopo mengatakan, terdapat delapan jenis bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, yakni banjir, puting beliung, longsor, kebakaran hutan dan lahan, kombinasi banjir dan longsor, gelombang pasang dan abrasi, gempa bumi, serta erupsi gunung berapi.
Berikut lima kejadian bencana alam terbesar yang dicatat oleh Kompas.com.
1. Longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah
Longsor di Kabupaten Banjarnegara tidak hanya terjadi sekali, tetapi tiga kali berturut-turut. Longsor pertama melanda Desa Clapar, Kecamatan Madukara, pada Kamis (24/3/2016) pukul 19.00 WIB dan disusul pada Jumat (25/3/2016) pukul 01.30 WIB disusul longsor ketiga pada 06.00 WIB.
Longsor terjadi pada area seluas lima hektar tanah yang bergerak sejauh 1,2 kilometer. Longsoran merayap (soil creep) itu bergerak secara perlahan-lahan sehingga masyarakat dapat mengantisipasi dan melakukan evakuasi.
Terhitung sembilan rumah rusak berat, tiga rumah rusak sedang, dua rumah rusak ringan, dan 29 rumah terancam longsor susulan. Sebanyak 158 jiwa warga RT 3-5 di RW 01 mengungsi ke SD Negeri 2 Clapar, Madukara.
Longsor kedua terjadi di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Sabtu (18/6/2016). Sebuah bukit setinggi sekitar 100 meter longsor dan menimpa lima rumah sehingga rata dengan tanah.
Akibat bencana tersebut, enam warga Dukuh Gumelem dan Wanarata tertimbun longsor. Tiga orang ditemukan tewas di Dukuh Gumelem pada Sabtu malam dalam rentang waktu pukul 21.15 WIB hingga 21.33 WIB. Adapun tiga korban lainnya di RW 11 Dukuh Wanarata, Desa Gumelem.
(Baca juga 158 Orang Mengungsi akibat Longsor di Banjarnegara)
Material longsor menutup akses jalan di Desa Wanoharjo, Kecamatan Rowokele, dan Desa Sampang, Kecamatan Sempor, Kebumen.
Adapun longsor ketiga terjadi di Dusun Tambak Sari, Desa Sidengok, Kecamatan Peawaran, Banjarnegara, Minggu (25/9/2016) pukul 07.00 WIB. Longsoran tanah tersebut menimpa rumah milik Sugianto (570.
Kejadian longsor di Dusun Tambak Sari dipicu hujan deras yang terjadi sejak Sabtu (24/9/2016) siang hingga malam hari. Akibat peristiwa tersebut, satu korban bernama Nurhaidin (21) dinyatakan tewas.
2. Banjir di Bandung, Jawa Barat
Sepanjang 2016, kawasan Bandung Raya beberapa kali terendam banjir. Banjir merendam 15 kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, setelah hujan deras mengguyur sejak Sabtu hingga Minggu (12-13/3/2106) dini hari.
Banjir itu merendam ribuan rumah warga dan menyebabkan dua orang tewas serta tiga orang hilang. Korban tewas di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, dan Desa Sukasari, Kecamatan Pameungpeuk.
Berdasarkan data BNPB pada Selasa (15/3/2016) pukul 07.00 WIB, terdapat sebanyak 5.900 kepala keluarga atau 24.000 jiwa terdampak banjir. Sebanyak 2.840 kepala keluarga atau 10.344 jiwa mengungsi akibat banjir tersebut. Mereka tersebar di 28 titik pengungsian seperti di GOR Baleendah, POM Cikarees, Masjid Nurul Iman, Waskita, Warakawuri, Masjid Unilon.
Banjir juga memutus arus lalu lintas di beberapa lokasi dari arah Bandung menuju Kecamatan Bojongsoang, Baleendah, Ciparay, dan Majalaya, yang melintasi Sungai Citarum. Begitu juga jalur lalu lintas dari arah Bandung melintasi Dayeuhkolot, Pameungpeuk, Katapang, dan Banjaran tak bisa dilewati karena kecamatan-kecamatan itu terendam hingga setinggi 3 meter.
Banjir kembali melanda Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Rabu (21/9/2016). Hujan yang turun pada Selasa (20/9/2016) malam membuat debit air Sungai Citarum meluap. Ribuan rumah pun kembali terendam, sedangkan sejumlah jalan tidak bisa dilalui karena tergenang air.
Dari data BPBD, total ada 101 jiwa yang terpaksa tinggal di tiga lokasi pengungsian. Sebanyak 50 jiwa mengungsi di Inkanas Baleendah, 7 jiwa di Gor Baleendah dan 44 jiwa di Desa Dayeuhkolot.
3. Banjir di Garut dan longsor di Sumedang, Jawa Barat
Hujan lebat pada Selasa (20/9/2016) malam menyebabkan dua musibah secara bersamaan di dua kabupaten di Jawa Barat.
Di Kabupaten Sumedang, dua rumah Kampung Cimareme, Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan, rusak tertimbun material longsor. Longsor juga mengakibatkan lima orang meninggal dunia dan dua korban luka.
Di Desa Baginda, Kecamatan Sumedang Selatan, tanah longsor menimbun rumah warga. Nana Hermawan (56) tewas dan 722 orang mengungsi akibat bencana tersebut. Mereka mengungsi di Gor Tadjimalela dan bekas kantor proyek Waduk Jatigede.
Longsor juga memutus jalur penghubung antarkota, seperti Bandung-Sukabumi serta Majalengka-Cirebon.
(Baca juga 4 Orang Tewas Tertimbun Longsor di Sumedang)
4. Banjir bandang di Gorontalo
Hujan deras yang mengguyur sepanjang hari memicu terjadinya banjir di Kabupaten Gorontalo, Selasa (25/10/2016). Banjir bandang melanda lima kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo, yakni Kota Gorontalo serta Kabupaten Gorontalo, Gorontalo Utara, Boalemo, dan Bone Bolango.
Di Kecamatan Sumalata, Gorontalo Utara, air bah melanda Desa Hutokalo dengan korban 20 KK atau 86 jiwa, Desa Kasia 22 KK atau 93 jiwa, Desa Mebongo 10 KK atau 42 jiwa.
Bencana serupa juga dialami di Desa Motihelumo dan Bulontio Timur di Kecamatan Suwawa Timur yang mengakibatkan hewan ternak dan tanaman jagung terendam.
Di Boalemo, banjir bandang menggenangi 300 rumah di Desa Harapan, 75 rumah di Desa Dulohupa, dan 90 rumah di Desa Sukamaju. Sawah yang rusak akibat banjir mencapai 630 hektar dan lima ekor sapi terbawa arus.
Adapun di Kecamatan Paguyaman, banjir menggenangi lima rumah di Desa Rejonegoro, di Desa Mustika 53 rumah, Wonggahu 10 rumah, dan Wonosari dengan korban 100 KK.
Banjir di Kabupaten Gorontalo meliputi Kecamatan Limboto, Limboto Barat, Tolangohula, Tibawa, Asparaga, Bilato, Dungaliyo, Tilango, dan Boliyohuto. Jumlah korban banjir di wilayah itu tercatat 9.686 jiwa atau 2.904 KK.
Di Kota Gorontalo, luapan air Sungai Bulango merendam sejumlah rumah warga di Kelurahan Siendeng dan Biawu.
Di Kabupaten Bone Bolango, banjir terjadi di bantaran sungai di Kecamatan Bulango Utara, yang meliputi Desa Tupa, Kopi, dan Lomaya.
Dari lima kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo, sebanyak 5.903 KK atau 18.022 jiwa menjadi korban banjir bandang. Tujuh anak terseret arus saat banjir bandang susulan terjadi di Kabupaten Gorontalo, Minggu (30/10/2016). Tiga di antaranya meninggal dunia.
5. Gempa Aceh
Di akhir tahun, Indonesia mengalami musibah besar akibat gempa di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh. Gempa berkekuatan magnitudo 6,5 terjadi pada 7 Desember 2016 pagi. Pusat gempa bumi terletak pada 5,25 derajat Lintang dan 96,24 derajat Bujur Timur, tepatnya di darat pada jarak 106 km arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 15 km.
Setelah gempa itu, BMKG mencatat telah terjadi gempa susulan sebanyak 88 kali, yang terakhir pada Senin (12/12/2016) pukul 01.27 WIB dengan kekuatan magnitudo 3,5.
Gempa di Pidie Jaya telah menimbulkan kerusakan di tiga kabupaten, yaitu Pidie Jaya, Pidie, dan Bireuen. Sebanyak 102 orang tewas akibat kejadian tersebut, yakni 96 jiwa di Pidie Jaya, 4 jiwa di Pidie, dan 2 jiwa di Bireuen.
Adapun korban luka-luka akibat gempa sebanyak 857 orang dan jumlah pengungsi akibat gempa tersebut mencapai 83.838 orang. Di Kabupaten Pidie Jaya, pengungsi tersebar di Kecamatan Meurudue, Meurah Dua, Trieng Gadeng, Bandar Baru, Pante Raja, Banda Dua, dan Jangka Buya. Di Kabupaten Pidie, pengungsi ditempatkan d Kecamatan Kembang Tanjong dan Bandar Baru.
Adapun di Kabupaten Bireuen, titik pengungsian berada di Matang Menasah Blang, Masjid Matang Jareung, Masjid Al Ghamamah, dan Masjid Kandang.
Gempa mengakibatkan 11.267 rumah di Pidie Jaya mengalami kerusakan, terdiri dari 2.874 rumah rusak berat dan 8.393 rumah rusak ketagori ringan. Di Kabupaten Bireun, tercatat ada 56 unit rusak berat, 74 rusak sedang, dan 141 rusak ringan. Di Pidie, sebanyak 143 rumah megalami kerusakan.
Pemerintah pusat menyebutkan rumah yang rusak total akan diberikan bantuan dana sebesar Rp 40 juta. Sementara, bantuan kemanusiaan dari berbagai pihak terus diterima Posko Utama Tanggap Darurat Bencana Gempa Aceh.
Bantuan logistik mulai dari makanan, air kemasan, tikar, selimut, pakaian, kelambu, dan sebagainya diberikan oleh kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha, kelompok masyarakat maupun individu. Selain menerima bantuan berupa barang, posko utama juga menerima bantuan berupa uang.
Gempa bumi besar juga sempat melanda Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, pada 2 Maret 2016 malam. Gempa berkekuatan M7,8 tersebut terjadi di 682 km arah barat daya Kepulauan Mentawai. Tidak ada tsunami akibat kejadian itu. Juga tidak ada korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat gempa tersebut.
Penulis | : Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha |
Editor | : Laksono Hari Wiwoho |