Kaleidoskop 2016: Lima Bencana Besar di Indonesia - Kompas.com
Jumat, 29 Maret 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Kaleidoskop 2016: Lima Bencana Besar di Indonesia

Rabu, 14 Desember 2016 | 06:29 WIB
KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Warga melintasi bangunan pasar Meureudu yang roboh akibat bencana gempa di Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie jaya, Aceh, Kamis, (8/12/2016). Sebagian korban sudah teridentifikasi dan sebagian lagi masih dalam proses pendataan serta korban luka sendiri berjumlah 128 orang luka berat, dan 489 orang luka ringan, 86 unit rumah, 105 ruko, 13 unit masjid rusak berat.

3. Banjir di Garut dan longsor di Sumedang, Jawa Barat

Hujan lebat pada Selasa (20/9/2016) malam menyebabkan dua musibah secara bersamaan di dua kabupaten di Jawa Barat.

Di Kabupaten Sumedang, dua rumah Kampung Cimareme, Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan, rusak tertimbun material longsor. Longsor juga mengakibatkan lima orang meninggal dunia dan dua korban luka.

Di Desa Baginda, Kecamatan Sumedang Selatan, tanah longsor menimbun rumah warga. Nana Hermawan (56) tewas dan 722 orang mengungsi akibat bencana tersebut. Mereka mengungsi di Gor Tadjimalela dan bekas kantor proyek Waduk Jatigede.

Longsor juga memutus jalur penghubung antarkota, seperti Bandung-Sukabumi serta Majalengka-Cirebon.

(Baca juga 4 Orang Tewas Tertimbun Longsor di Sumedang)

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Warga Korban Banjir Bandang - Warga korban banjir bandang Sungai Cimanuk di Desa Haur Panggung, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyelamatkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan di sekitar rumahnya yang hancur, Kamis (22/9/2016). Pada hari kedua pasca peristiwa musibah banjir bandang, warga dibantu TNi dan relawan masih mencari keluarganya yang hilang dan barang-barang yang masih bisa diselamatkan.
Di hari yang sama, banjir bandang di Garut, Jawa Barat. Musibah itu terjadi pada 20 September tengah malam setelah hujan deras terus mengguyur daerah itu sejak pagi sampai malam hari.

Air Sungai Cimanuk yang melewati tengah perkotaan meluap hingga ketinggian sekitar 12 meter. Ribuan rumah di sepanjang pinggiran sungai pun tersapu sampai ada bangunan yang tak tersisa.

Banjir bandang terlebih dulu melanda Desa Mulya Sari, Kecamatan Bayongbong, dan berlanjut ke Tarogong Kidul, Garut Kota, hingga Cibatu. Daerah yang paling parah terlanda banjir bandang adalah Desa Haurpanggung Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Tarogong Kidul, serta Kelurahan Sukamentri dan Paminggit di Kecamatan Garut Kota.

"Saya masih terbayang-bayang sampai sekarang melihat kejadian mengerikan di Garut itu. Bagaimana tidak, ribuan rumah dan puluhan orang meninggal terbawa banjir dan belasan orang sampai sekarang tak ditemukan entah dimana," jelas Feri (30), salah seorang warga Garut kepada Kompas.com, Selasa (5/12/2016).

Sedikitnya 34 orang meninggal dunia dan 19 orang hilang hingga kini. Data pengungsi yang terdampak banjir bandang berjumlah 787 kepala keluarga atau 2.525 jiwa. Sebanyak 2.529 unit rumah rusak, dengan rincian 830 rusak berat, 473 rusak sedang, dan 1.226 rusak ringan. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp 288 miliar.

Presiden Joko Widodo yang berkunjung ke tempat itu memerintahkan kepada pemerintah daerah setempat untuk mengkaji ulang keberadaan permukiman yang ditengarai berada di kawasan rawan bencana.

"Untuk sementara para korban banjir yang kehilangan rumahnya sampai sekarang masih berada di rumah susun milik pemerintah. Mereka ditampung di bangunan yang awalnya diperuntukan bagi warga yang belum memiliki tempat tinggal," kata Bupati Garut Rudy Gunawan.

Dari penelusuran sementara tim investigasi khusus, diketahui bahwa banjir bandang terjadi akibat pengalihan fungsi lahan kawasan hutan.

Sebagian besar lahan hutan di sekitar hulu sungai berubah menjadi kawasan perkebunan sayuran dan pembangunan kawasan wisata alam yang menyebabkan rawan longsor. Namun, sampai sekarang belum ada kejadian pasti terkait banjir bandang tersebut.

Berbagai upaya dan rencana program sebagai solusi mencegah kejadian terus digulirkan berbagai pihak mulai dari pemerintah, aktivis lingkungan, lembaga masyarakat, sampai para tokoh masyarakat yang peduli terhadap penanggulangan pasca bencana banjir di Garut.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, misalnya, meminta para penghayat adat supaya tinggal di sepanjang bantaran sungai untuk melakukan pemeliharaan alam dan mendatangkan ahli geologi Prof Surono.

Sementara itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bekerja sama dengan pengembang membangun perumahan bagi korban bencana.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memberikan alokasi dana khusus perbaikan pascabencana. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa juga memberikan bantuan dan jaminan kematian bagi keluarga korban meninggal.

Page:

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha
Editor : Laksono Hari Wiwoho