Cara Melaporkan Berita "Hoax" di Facebook, Google, dan Twitter - Kompas.com
Rabu, 24 April 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Cara Melaporkan Berita "Hoax" di Facebook, Google, dan Twitter

Selasa, 29 November 2016 | 19:24 WIB

KOMPAS.com - 'Berita palsu' di internet menjadi topik pemberitaan dalam beberapa pekan terakhir - terutama sejak pemilihan presiden di Amerika Serikat, dan juga di Indonesia baru-baru ini terkait dugaan penistaan agama.

Berita-berita palsu ini muncul utamanya di Facebook, Google, dan Twitter - yang masing-masing platform memiliki sistem tersendiri yang memungkinkan pengguna melaporkan berita palsu. Satu platform lebih bagus dibanding yang lain, sementara beberapa bahkan tak memiliki sistem itu.

Sebelum Anda melaporkan berita palsu itu, Anda harus terlebih dahulu bertanya pada diri Anda: apakah saya yakin berita ini palsu atau hoax? Apakah berita itu sudah dilaporkan juga oleh sumber berita yang lain? Apakah bukti-buktinya meyakinkan?

Jika Anda yakin, inilah bagaimana cara melaporkan berita palsu itu di media sosial. Kita ambil contoh sebuah unggahan tentang pemilu Amerika Serikat.

Facebook

"Tim kampanye Hillary Clinton membayar 'aktor profesional' untuk melakukan protes dalam aksi unjuk rasa Trump," begitu tulisnya. Tampak meyakinkan, apalagi jika diunggah oleh kerabat atau teman Anda.


Jika Anda tidak yakin dengan berita ini, klik tanda panah ke bawah yang ada di sebelah kanan atas (terlihat di lingkaran merah) dan pilih "report post" atau jika Anda dalam pengaturan berbahasa Indonesia, Anda bisa pilih 'laporkan kiriman'.

Setelah itu Anda akan ditanya, "Apa yang terjadi?" Di sini, Anda diminta memilih alasan mengapa Anda melaporkan unggahan itu. Jawaban terbaik, adalah yang kedua yaitu, "menurut saya ini tidak seharusnya ada di Facebook."


Jelaskan lebih rinci dalam jendela selanjutnya. Pilihlah opsi, "ini adalah kabar berita salah" atau dalam bahasa Inggris pilihlah, "It's a false news story."


Satu hal lagi, kami merekomendasikan Anda melakukan semua opsi ini. Blokir, sembunyikan semua unggahan dari akun tersebut, dan berbagai opsi lainnya.

Google

Jika Anda melihat berita yang mencurigakan di Facebook dan WhatsApp, ke mana biasanya Anda melakukan pengecekan? Ya, kebanyakan orang menjawab Google!

Kepala eksekutif Google Sundar Pichai mengatakan 'berita palsu' tidak boleh didistribusikan, dan kami setuju.

Bayangkan apa yang kami rasakan ketika mencari berita tentang 'pengunjuk rasa bayaran' atau 'paid protesters' di Google... dan menemukan salah satu tautannya.



Ini adalah situs yang sama yang berpura-pura menjadi ABC News, yang kami tampilkan di atas.

"Pengunjuk rasa Trump bersaksi: kami dibayar US$3.500 untuk...." begitu judul yang tertera dalam hasil pencarian.

Jika Anda ingin memberi tahu Google, Anda harus pergi ke paling bawah laman dan mengklik 'feedback'.


Beri keterangan yang jelas dan masukan tautan yang Anda laporkan.

Misalnya, tulis bahwa, "Hasil pencarian paling atas adalah situs berita palsu dan isinya tidak benar."


Jangan lupa melakukan 'screenshot' dan mereka bahkan meminta Anda menunjukan mana kalimat-kalimat yang tidak benar.

Twitter

Twitter cukup aktif mengatasi ujaran kebencian dan ancaman dalam situs mikro-blog mereka, tapi alat untuk melaporakan 'berita palsu' tampaknya terbatas.

Anda harus mengklik simbol tiga titik di bawah kanan dan pilih 'report tweet' atau 'laporkan kicauan'.



Melihat opsinya, memang tak ada yang cocok. Menyebutnya sebagai spam tidak cocok. Berita palsu memang berbahaya, tetapi tampak tak tepat untuk memilih opsi ketiga. Jadi kami menyarankan Anda untuk mengklik opsi pertama (spam) atau opsi saya tidak tertarik (I am not interested).

Instagram

Klik simbol tiga titik di kanan atas tiap unggahan di Instagram dan klik 'report' atau 'laporkan' kemudian pilih 'Ini tidak pantas' atau 'inappropriate'.

Tidak ada opsi yang langsung menyatakan 'ini berita palsu'. Jadi lebih baik pilih untuk melaporkannya sebagai 'spam'.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Editor : Deliusno
Sumber: BBC Indonesia