Bank Indonesia Terus Pantau Susunan Kabinet dan Pidato Perdana Trump - Kompas.com
Kamis, 25 April 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Bank Indonesia Terus Pantau Susunan Kabinet dan Pidato Perdana Trump

Rabu, 23 November 2016 | 15:46 WIB
KOMPAS.com/Sabrina Asril Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan terus mencermati kondisi Amerika Serikat (AS) pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden negeri negara tersebut.

Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, arah kebijakan AS di bawah kepemimpinan Trump perlu diperhatikan karena akan berdampak kepada ekonomi negara lain, termasuk Indonesia. Lantaran hal itu kata dia, perhatian seluruh dunia akan tertuju ke AS.

"Kami lihat kabinetnya Trump seperti apa, Menteri Keuangannya seperti apa, karena itu akan berpengaruh kepada policy Trump ke depan. Pidato Trump nanti di awal tahun seperti apa, ini yang diperhatikan oleh dunia," kata Mirza di Jakarta, Rabu (23/11/2016).

BI mengungkapkan bahwa salah satu hal yang patut dicermati yakni realisasi janji-janji Trump selama kampanye. Sebab ada potensi bank sentral AS yakni The Fed akan menaikkan suku bunga acuan lebih dari dua kali tahun depan.

Selama ini spekulasi kenaikkan suku bunga The Fed kerap menyebabkan spekulasi pasar. Para spekulan memanfaatkan hal itu dengan menarik dananya dari Indonesia. Akibatnya nilai tukar bisa rupiah melemah.

"Kami perkirakan Desember naik sekali, kemudian tahun depan naik dua kali. Tetapi bisa saja kalau memang outlook inflasi AS lebih tinggi maka bisa Fed naikkan misalnya jadi 3 kali," kata Mirza.

Meski begitu, ia meminta masyarakat untuk tetap tenang meski ada kebijakan yang berbeda dari AS. Gejolak pada ekonomi nasional terutama pelemahan rupiah akibat kondisi ekonomi AS kata Mirza hanya sementara.

Ia berharap setelah Januari 2017, kondisi gejolak nilai tukar akan mereda sehingga dunia usaha bisa melakukan ekspansi dan pemberian kredit bisa mengucur lebih deras.

"Perbankan juga sudah ya kreditur yang mungkin di 2016 melakukan restrukturisasi itu sudah selesai sehingga perbankan juga lebih siap melakukan pertumbuhan kreditnya," kata Mirza.

"Dan China juga ekonominya pertumbuhannya berlanjut sehingga harga komoditi tambang perkebunan juga terus berlanjut, sehingga BI sih confidence ya pertumbuhan ekonomi ada di range 5-5,4 persen," lanjut dia.

Penulis: Yoga Sukmana
Editor : Bambang Priyo Jatmiko