Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..
KOMPAS.com - Penulis sekaligus musisi Ariana Lenarsky kaget bukan main menjumpai iklan berisi pesan dengan nada rasisme di lini masa akun Twitter miliknya. Wanita yang tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat itu pun segera melaporkan temuannya.
“Saya tak percaya masih bisa dibuat terkejut oleh sesuatu, tapi mengapa saya melihat iklan nazi di situs ini?” kicau Lenarsky dalam sebuah kicauan yang diunggah minggu lalu, sambil disertai mention ke pengelola Twitter.
Beberapa hari kemudian, pada pekan yang sama, CEO Twitter Jack Dorsey mengunggah kicauan untuk meminta maaf atas munculnya konten tersebut lewat jaringan iklan Twitter.
We made a mistake here and we apologize. Our automated system allowed an ad promoting hate. Against our policy. We did a retro and fixed! https://t.co/7gvycmzpsm
— ????????jack (@jack) November 17, 2016
“Kami melakukan kesalahan dan meminta maaf. Sistem otomatis kami meloloskan iklan berisi pesan yang mempromosikan kebencian, berlawanan dengan kebijakan kami,” tulis Dorsey dalam tweet.
Keterangan yang dirangkum KompasTekno dari The Washington Post, Minggu (20/11/2016) menyebutkan bahwa iklan bernada rasisme itu sempat mengudara selama kurang dari satu jam hari Senin lalu sebelum akhirnya dihapus.
Pihak Twitter menyatakan telah melakukan langkah-langkah untuk mencegah hal serupa kembali terjadi. “Kami menambah keyword dan parameter pengenalan gambar untuk mengindentifikasi konten macam ini dengan lebih cepat,” sebut juru bicara Twitter.
Neo Nazi
Penulis | : Oik Yusuf |
Editor | : Reza Wahyudi |
Sumber | : The Washington Post |