Seperti Apa Iklan Nazi yang Beredar di Twitter? - Kompas.com
Rabu, 24 April 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Seperti Apa Iklan Nazi yang Beredar di Twitter?

Minggu, 20 November 2016 | 08:18 WIB
ist Logo Twitter di depan kantornya di San Francisco, AS.

KOMPAS.com - Penulis sekaligus musisi Ariana Lenarsky kaget bukan main menjumpai iklan berisi pesan dengan nada rasisme di lini masa akun Twitter miliknya. Wanita yang tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat itu pun segera melaporkan temuannya.

“Saya tak percaya masih bisa dibuat terkejut oleh sesuatu, tapi mengapa saya melihat iklan nazi di situs ini?” kicau Lenarsky dalam sebuah kicauan yang diunggah minggu lalu, sambil disertai mention ke pengelola Twitter.

Beberapa hari kemudian, pada pekan yang sama, CEO Twitter Jack Dorsey mengunggah kicauan untuk meminta maaf atas munculnya konten tersebut lewat jaringan iklan Twitter.


“Kami melakukan kesalahan dan meminta maaf. Sistem otomatis kami meloloskan iklan berisi pesan yang mempromosikan kebencian, berlawanan dengan kebijakan kami,” tulis Dorsey dalam tweet.

Keterangan yang dirangkum KompasTekno dari The Washington Post, Minggu (20/11/2016) menyebutkan bahwa iklan bernada rasisme itu sempat mengudara selama kurang dari satu jam hari Senin lalu sebelum akhirnya dihapus.

Pihak Twitter menyatakan telah melakukan langkah-langkah untuk mencegah hal serupa kembali terjadi. “Kami menambah keyword dan parameter pengenalan gambar untuk mengindentifikasi konten macam ini dengan lebih cepat,” sebut juru bicara Twitter.

Neo Nazi

Ariana Lenarsky/ Twitter Screenshot iklan berisi pesan Neo Nazi di Twitter yang dilaporkan oleh Ariana Lenarsky.
Iklan yang bermasalah menayangkan pesan dari kelompok Neo Nazi bernama New Order. Grup semacam ini menganut paham rasis white supremacist yang menganggap ras kulit putih adalah manusia yang paling unggul, seperti yang dulu disebarkan oleh partai Nazi Jerman.

Pesan dalam iklan mempromosikan artikel berjdul “Amerika Serikat Didirikan Sebagai Republik Kulit Putih” di situs New Order. Akun Twitter New Order dengan handle @NEW_ORDER_1488 telah di non-aktifkan.

Rasisme berlawanan dengan kebijakan Twitter yang melarang konten dengan muatan yang menyerang orang lain berdasarkan “ras, etnis, umur, cacat fisik, atau penyakit.”

Ironisnya, iklan rasis tersebut justru muncul tak lama setelah Twitter mengumumkan bakal menyaring hate speech di layanannya.

Pekan ini, Twitter ikut menonaktifkan akun milik sejumlah tokoh alt-right -gerakan konservatif yang berbasis rasisme kulit putih-, lalu meluncurkan tool baru yang memungkinkan pengguna memblokir konten yang bersifat abusive.

Lenarsky sendiri menyambut baik permintaan maaf dari Dorsey, tapi dia mengatakan bahwa Twitter mesti selalu waspada. “Ini belum berakhir. Kita harus terus memerangi hal-hal semacam nazisme ini,” ujarnya.

Penulis: Oik Yusuf
Editor : Reza Wahyudi
Sumber: The Washington Post