"Teman Ahok" dan Strategi Menggaet Pemilih Muda - Kompas.com
Sabtu, 4 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

"Teman Ahok" dan Strategi Menggaet Pemilih Muda

Senin, 3 Oktober 2016 | 08:29 WIB
Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bersama relawan Teman Ahok saat menghadiri acara launching website Teman Ahok, di Graha Pejaten, Jakarta Selatan, Sabtu (1/10/2016).


JAKARTA, KOMPAS.com -
Kelompok relawan pendukung Basuki Tjahaja Purnama, "Teman Ahok", kembali menggaungkan pemenangan Basuki atau Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Teman Ahok meluncurkan website serta koleksi merchandise baru pada Sabtu (1/10/2017).

Pendiri Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas, menyampaikan bahwa mereka akan membangun solidaritas relawan yang lebih besar dari sebelumnya. Jika sebelumnya mereka membutuhkan KTP untuk bisa mengusung Ahok, kini mereka membutuhkan setidaknya 13.000 relawan untuk menjaga seluruh TPS di Jakarta.

Teman Ahok tetap akan mengandalkan pemilih muda untuk memenangkan Ahok yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI. Gaya kampanye untuk menggaet pemilih muda ini berbeda dari panggung kampanye yang sarat hiburan.

Amalia mengatakan, kampanye akan bertumpu pada fakta dan data, serta ajakan untuk menjadi warga yang baik.

"Kami mau merepresentasikan Pak Ahok, membentuk warga kota yang baik. Mau gimana bagus Jakarta akan sama aja kalau kebanyakan warga berpangku tangan," kata Amalia, di markas Teman Ahok, Graha Pejaten, Jakarta Selatan, Sabtu (1/10/2016).

Peran relawan

Politisi Partai Golkar yang menjadi tim pemenangan Ahok-Djarot, Nusron Wahid, mengakui kekuatan Teman Ahok sangat dibutuhkan untuk pemenangan. Ia menyamakan Teman Ahok seperti 'people action committee' di Amerika Serikat.

"Parpol saat ini masih supremasi elite, bukan rakyat. Nah Teman Ahok ini muncul melululantahkan perpolitikan. PDI-P yang angkuh seperti itu, mau enggak mau (sampai) tunduk menerima Ahok," kata Nusron.

Nusron menyebut Partai Golkar, PDI-P, Nasdem, dan Hanura, sebagai pengusung Ahok-Djarot hanyalah kendaraan politik. Kemenangan pada Pilkada DKI ia nilai akan dikendalikan oleh supremasi rakyat, yang menurutnya dapat digerakkan oleh relawan.

"Relawan menggarap masyarakat, karena tidak semua masyarakat kesentuh oleh mesin parpol," ujar Nusron.

Pemilih potensial

Adapun Pendiri lembaga survei Cyrus Network, Hasan Nasbi Batupahat, memberi masukan mengenai gaya kampanye modern. Ia menyebut kegiatan bakal calon gubernur yang lari dan gerak jalan bersama warga tidak akan menyampaikan pesan politik apapun terhadap pemilih.

Namun, kampanye sederhana seperti berkendara dengan baik atau tidak membuang sampah sembarangan, dinilai Hasan akan lebih efektif merebut hati pemilih.

"Jangan hanya sekadar koar-koar pilih, dukung, tapi juga ajak untuk berubah jadi warga kota yang baik," kata Hasan.

Soal data, Hasan juga mengaku memegang data bahwa terdapat hingga 40 persen pemilih yang tidak akan memilih Ahok sampai kapanpun. Di depan para relawan, Hasan pun menyampaikan bahwa jika menang, Ahok hanya akan menang tipis, maksimal 60 persen karena adanya warga yang ia sebut masuk dalam kategori anti-Ahok garis keras.

Pemilih muda, kata Hasan, merupakan pemilih potensial untuk Ahok-Djarot.

"Yang muda bisa digoyang karena enggak punya dendam dengan masa lalu, saya kira mereka masih bisa digoyang dengan peran anak muda. Kalau yang tua sudah kental darahnya," katanya.

Kompas TV Ahok Tetap Libatkan Teman Ahok saat Kampanye



Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Nibras Nada Nailufar
Editor : Indra Akuntono