Perlambatan di China Adalah Risiko Terbesar Ekonomi Global - Kompas.com
Kamis, 25 April 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Perlambatan di China Adalah Risiko Terbesar Ekonomi Global

Senin, 26 September 2016 | 21:30 WIB
SHUTTERSTOCK Ilustrasi

LONDON, KOMPAS.com - Mantan kepala ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) Ken Rogoff menyatakan bahwa perlambatan di China merupakan ancaman terbesar perekonomian global. Menurut Rogoff, "hard landing" salah satu mesin pertumbuhan ekonomi dunia itu susah dihindari.

"China mengalami revolusi politik besar. Saya rasa ekonomi (China) melambat lebih parah dibandingkan data resminya," kata Rogoff seperti dikutip dari BBC, Senin (26/9/2016).

Rogoff menjelaskan, apabila ingin melihat permasalahan utang yang cukup parah, lihatlah apa yang terjadi pada China.

Pekan lalu, Bank of International Settlements pun menyatakan rasio kredit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) China mencapai 30,1 persen.

Angka ini meningkatkan kekhawatiran bahwa gelombang pertumbuhan ekonomi yang tinggi di China berdasarkan pada bubble kredit yang tidak stabil. Sehingga, kondisi di China bisa dikatakan mencemaskan.

"Semua pihak mengatakan China berbeda. Negara memiliki semua yang bisa mereka kendalikan. Hard landing di China mengkhawatirkan" ujar Rogoff.

Ia pun mengungkapkan, IMF telah merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi global selama sembilan tahun berturut-turut. Ada rumor yang berhembus bahwa IMF akan segera kembali merevisi ke bawah proyeksi tersebut.

Selain China, risiko lain yang menguar menurut Rogoff adalah ketidakpastian terkait siapa yang akan memenangkan pemilu presiden AS, baik Donald Trump atau Hillary Clinton.

Rogoff menyebut, akan susah untuk memprediksi apa yang akan dilakukan Trump bila ia menjadi presiden. Selain itu, rencana belanja infrastruktur yang digulirkan Cinton pun bisa jadi dihalangi oleh anggota parlemen dari Partai Republik yang mengusung Trump.

Rogoff menjelaskan, ia khawatir jika Trump menang karena apa yang terjadi setelahnya masih samar.

"Saya tidak suka kebijakan perdagangan kedua kandidat (yang bersifat proteksionis). Saya rasa perdagangan bebas telah menguntungkan AS dalam posisi kepemimpinannya. Sebagai ekonom, saya rasa pemilu kali ini memilukan," jelas Rogoff. 

Kompas TV Pasar Saham di China Anjlok



Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika