AISI Teguh Tentang Tuduhan Kartel KPPU - Kompas.com
Sabtu, 6 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

AISI Teguh Tentang Tuduhan Kartel KPPU

Selasa, 6 September 2016 | 18:49 WIB
Yamaha Indonesia Yamaha Mio Series masih menjadi salah satu tulang punggung penjualan Yamaha di Indonesia.


Jakarta, KompasOtomotif - Persis seperti pernyataan sebelumnya, Mei lalu, Ketua Asosiasi Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Gunadi Sindhuwinata tetap berpendapat tidak ada kartel antara Honda dan Yamaha.

Hal itu diungkapkan Gunadi kepada wartawan saat rehat sidang lanjutan dugaan kartel Skutik 110-125cc di kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Selasa (6/9/2016). Agenda sidang mendengarkan keterangan Gunadi sebagai saksi yang dihadirkan oleh tim investigator KPPU.

"Kami memang tidak akan berubah karena itu memang kenyataannya. Tidak mungkin saya mengatakan tiba-tiba ada‎," kata Gunadi.

"Kalau KPPU ada bukti baru ya kita cuma mengatakan bahwa ini tidak sesuai kenyataan. Pertimbangan itu nanti kembali ke majelis hakim," ucap Gunadi

Febri A/KompasOtomotif Ketua AISI tengah memberikan penjelasan dalam majelis hakim, dugaan praktik kartel antara Yamaha dan Honda di Kantor KPPU, Selasa (6/9/2016).

 

Bawah tangan?

Dalam sidang Gunadi menjawab AISI tidak menghimpun data harga produk masing-masing anggotanya. Itu berarti AISI Tidak bisa mengontrol ketetapan harga.

Satu asumsi yang muncul Honda dan Yamaha bergerak menetapkan harga jual tanpa sepengetahuan AISI. Gunadi tidak bisa memastikan hal itu tidak terjadi, namun dikatakan dari banyak parameter dua merek yang bermusuhan dari "buyut" ini tidak terbukti menjalin Kerja sama seperti diduga KPPU.

"Apapun juga akan muncul ke permukaan, dalam arti pasar itu terjadi konglomerasi yang dibagi-bagi antar merek‎. Tapi itu kan tidak terjadi, mau di bawah tangan atau mau di bawah apapun tidak mungkin karena buktinya tidak ada di pasar," jelas Gunadi.

"Saya lihat buat apa mereka bersaing begitu ketat, buang uang begitu banyak untuk merebut pasar ternyata di belakang mereka bergandengn tangan‎," kata Gunadi lagi.

Penulis: Febri Ardani Saragih
Editor : Agung Kurniawan