Cerita Megawati yang Sebal Ahok Bicara soal Mahar Politik - Kompas.com
Minggu, 5 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Cerita Megawati yang Sebal Ahok Bicara soal Mahar Politik

Selasa, 6 September 2016 | 17:08 WIB
KOMPAS/ALIF ICHWAN Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Depok, KOMPAS.com — Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebal jika perekrutan calon kepala daerah oleh partainya selalu diidentikkan dengan mahar politik alias uang.

Padahal, Megawati menegaskan dan meyakinkan bahwa partainya sama sekali tidak meminta mahar semacam itu.

Oleh sebab itu, suatu ketika, Megawati menanyakan masalah mahar kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

"Saya ngomong langsung sama Ahok, kamu (kepada wartawan) ngomong-ngomong soal mahar enggak? Ayo ngaku saja," ujar Megawati saat membuka Sekolah Partai di Kinasih Resort, Depok, Jawa Barat, Selasa (6/9/2016).

Ahok, kata Megawati, langsung menampiknya.

"Dia jawab, enggak. Kalau saya kan malah Ibu (Megawati) yang bayarin," kenang Megawati.

Namun, Megawati mengaku masih sebal meski Basuki menjawab begitu. Maksudnya, ia masih sebal dengan orang-orang yang beranggapan demikian meski hal itu tidak sesuai kenyataan.

Megawati kemudian mengatakan lagi kepada Basuki, "Kalau begitu, (Basuki) yang fair juga dong."

Presiden kelima RI itu meminta Basuki juga mengatakan kepada publik bahwa PDI Perjuangan memang tidak meminta mahar politik alias uang agar hal itu menjadi pengetahuan publik.

Ahok pernah menyatakan PDI-P tidak pernah meminta mahar. Ahok pun menyatakan tidak pernah menyebut PDI-P seperti itu.

"Isu mahar, saya juga enggak pernah ngomong isu mahar kok, kalian saja yang nulisnya. Saya sampaikan gini, saya bilang, PDI-P saya tegaskan kan, itu kan tuduhan orang, PDI-P dari dulu saya kenal enggak pernah minta mahar," kata Ahok pada Maret 2016.

(Baca: Ahok: PDI-P dari Dulu Enggak Pernah Minta "Mahar")

Yang dimaksudkan Ahok, kalau diusung partai, otomatis untuk menggerakkan mesin partai butuh biaya. Umpamanya biaya kampanye satu kelurahan Rp 10 juta dan di Jakarta ada 267 kelurahan, maka biaya yang keluar sudah Rp 2,67 miliar.

"Kalau dikali 10 bulan, jadi Rp 26,7 miliar. Nah, saya bilang harta saya saja dijual mungkin enggak dapat Rp 26,7 miliar nanti. Ya, saya enggak bisa," ujar Ahok.

Ahok menyatakan, pilihannya untuk maju lewat jalur independen membuat dia tak perlu mengeluarkan uang. Saat masih diusung partai politik pada Pilkada 2012 lalu bersama Joko Widodo, Ahok mengaku "merogoh kocek" patungan Rp 75 juta untuk sumbangan ke partai.

Acara Sekolah Partai ke II di Depok itu sendiri dihadiri 54 orang calon kepala daerah yang telah direkomendasikan oleh PDI Perjuangan. Mereka akan bertarung dalam pilkada serentak 2017 mendatang.

Di antara mereka, antara lain ada Djarot Saiful Hidayat, Hasto Wardoyo, dan Rano Karno. Meski namanya disebut-sebut dalam pidato Megawati, Basuki tidak hadir dalam acara tersebut.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Fabian Januarius Kuwado
Editor : Sandro Gatra