Boeing Tak Alami Penurunan Permintaan Pesawat dari China - Kompas.com
Sabtu, 18 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Boeing Tak Alami Penurunan Permintaan Pesawat dari China

Kamis, 18 Agustus 2016 | 15:12 WIB
Boeing Images Fasilitas perakitan Boeing 787 Dreamliner di South Carlonia, AS.

SEATTLE, KOMPAS.com — Produsen pesawat Boeing Co menyatakan tidak mengalami penurunan permintaan pesawat jetliner dari China.

"Kami belum melihat pelunakan (permintaan). Akan tetapi, kami terus memantau. Namun, kalau melihat pasar China saat ini, saya tidak melihat tanda-tanda pelemahan atau sejenisnya," kata Ihssane Mounir, Senior Vice President Pemasaran Boeing di Asia Timur Laut, seperti dikutip Channel News Asia, Kamis (18/8/2016).

Pernyataan tersebut diungkapkan Mounir di sela-sela acara pengiriman pesawat Boeing 787 Dreamliner ke-50 kepada ANA Holdings Inc, maskapai penerbangan terbesar Jepang.

Komentar ini muncul setelah beberapa perusahaan AS lain melaporkan pelemahan pertumbuhan penjualan di China dan memprediksi pelemahan dapat terjadi hingga akhir 2016.

Permintaan global terhadap pesawat berbadan lebar juga melambat. Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan penjualan Boeing dan saingannya, Airbus.

Pekan lalu, Boeing menyatakan ada kemungkinan memangkas produksi pesawat jetliner berbadan lebar 777.

Selain itu, Boeing juga menyatakan tidak akan meningkatkan produksi pesawat jenis 787, kecuali apabila penjualan mengalami perbaikan.

Menguatnya kurs mata uang yen telah melambatkan kegiatan pariwisata China ke Jepang.

Menurut SVP ANA untuk Amerika, Hideki Kunugi, keputusan ANA untuk berekspansi secara kapasitas dan jaringan di China tak lain adalah karena adanya permintaan.

ANA menerima pengiriman pesawat baru 787-9, versi sedang pesawat Dreamliner yang berteknologi tinggi dan khusus untuk penerbangan jarak jauh.

Pesawat ini berkapasitas 290 penumpang dengan konfigurasi dua kelas dan dibanderol dengan harga 264,6 juta dollar AS, meski biasanya maskapai akan menegosiasikan potongan harga.

 

Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : M Fajar Marta
Sumber: www.channelnewsasia.com