PARA Syndicate Sebut Memboyong Risma ke Jakarta Akan Rugikan PDI-P - Kompas.com
Sabtu, 6 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

PARA Syndicate Sebut Memboyong Risma ke Jakarta Akan Rugikan PDI-P

Jumat, 12 Agustus 2016 | 20:48 WIB
Kompas.com/Robertus Belarminus Aliansi Pemuda Surabaya-Jakarta bertemu dengan pendukung Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini Jakarta Love Risma (Jaklovers) di Jakarta, Sabtu (6/8/2016)

JAKARTA, KOMPAS.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang terus didorong-dorong untuk maju di Pilkada DKI melawan Ahok, dinilai menghadapi bahaya besar jika akhirnya dipaksa maju oleh partainya, P-DIP.

Hal ini diungkapkan oleh peneliti senior PARA Syndicate, Toto Sugiarto, dalam diskusi bertema "Pilkada dan Demokrasi yang Tersandera".

"Kalau Risma dibawa ke Jakarta itu mengandung bahaya bagi Risma sendiri dan bahaya bagi PDI-P. Tentu dia harus mundur dari Wali Kota, mundur untuk sesuatu yang belum tentu dia menang," kata Toto di Jakarta, Jumat (12/8/2016).

Elektabilitas Ahok saat ini belum dapat disaingi oleh Risma. Peraturan mengharuskan kepala daerah untuk mundur jika mencalonkan diri di daerah lain. Jika Risma gagal memenangi Pilkada DKI Jakarta, PDI-P akan kehilangan kekuatan di Surabaya dan Jawa Timur.

Kekalahan PDI-P di Jawa Timur demi kemenangan di Jakarta, akan sulit dikembalikan pada Pilkada berikutnya. Toto memperkirakan butuh waktu lama untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat Jawa Timur kepada PDI-P.

"Saya kira membawa Risma ke DKI adalah tindakan sangat beresiko kalah. PDI-P kalau mau aman sebaiknya menggunakan sumber daya yang ada di sini," ujarnya. (Baca: "Ibu Risma Tidak Pernah Kasar, Beda dengan Ahok yang Selalu Arogan")

Pilihan terbaik bagi PDI-P menurut Toto adalah memasangkan Ahok dengan Djarot Saiful Hidayat.

Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengatakan, ada tiga opsi bagi partainya untuk mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.

Opsi pertama adalah mendukung Ahok dan Djarot. Kemudian, opsi kedua, kata Hasto, adalah dengan melaksanakan proses penjaringan. Hasto mengatakan, PDI-P menghargai semua pihak yang telah mendaftar dan mengikuti penjaringan di DPD PDI-P DKI Jakarta serta DPP PDI-P.

Sedangkan opsi ketiga adalah pilihan di luar opsi pertama dan kedua. Nantinya, kata dia, bisa saja muncul sebuah skenario yang menciptakan kejutan. Sebab, DKI Jakarta merupakan pusat semua pergerakan politik sehingga ada agenda strategis ke depannya terkait pasangan calon tersebut. (Baca: Usung Risma atau Tidak, PDI-P Pertimbangkan Dua Hal Ini)

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Nibras Nada Nailufar
Editor : Fidel Ali