Sebenarnya, Apa Saja Dampak "Brexit" bagi Asia? - Kompas.com
Rabu, 3 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Sebenarnya, Apa Saja Dampak "Brexit" bagi Asia?

Minggu, 26 Juni 2016 | 12:15 WIB
KOMPAS.COM/CHRISTINA ANDHIKA SETYANTI tempat melepas lelah di Ginza

LONDON, KOMPAS.com - Referendum yang memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa dalam sekejap melemahkan kinerja nilai tukar mata uang dan pasar saham Asia. Namun, apa saja sebenarnya dampak Brexit bagi Asia?

Pemerintah Jepang, Korea Selatan, dan India menyatakan tidak banyak dampak Brexit terhadap perekonomian riil mereka. Ketiga negara pun berupaya meyakinkan para investor dan menenangkan pasar.

Namun demikian, banyak pengamat dan analis menyatakan dampak langsung Brexit terhadap ekonomi-ekonomi Asia tidak terlalu signfikan dalam jangka panjang. Hal ini dapat dilihat dari persentase ekspor ke Inggris terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Dalam persentase, ekspor ke Inggris berkisar antara 2 sampai 3 persen untuk negara seperti Hong Kong dan Vietnam, bahkan lebih rendah, yakni 0,2 sampai 1 persen bagi negara-negara lainnya, termasuk Malaysia dan Indonesia," kata ekonom OCBC Wellian Wiranto seperti dikutip dari BBC, Minggu (26/6/2016).

Akan tetapi, bisnis di beberapa negara utama Asia, dalam hal ini adalah Jepang dan India, akan berdampak.

Misalnya saja, beberapa produsen mobil besar Jepang seperti Toyota telah menyatakan pilihan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa dapat berdampak pada 10 persen bea terhadap mobil pabrikan Inggris yang dijual di Uni Eropa.

Saat ini, Toyota mengekspor hampir 90 persen mobil produksi pabriknya di Inggris. Adapun tiga perempatnya diekspor ke Uni Eropa saja.

Perusahaan elektronik Jepang Hitachi pun menyatakan bakal mempertimbangkan kembali operasionalnya di Inggris menyusul Brexit.

Sementara itu, India yang fokus pada perusahaan teknologi mengekspor seperempat dari total produk TI ke Inggris dan Eropa, dengan nilai sekitar 30 miliar dollar AS.

Ada pula Tata Group, perusahaan India yang telah beroperasi di Inggris sejak tahun 1907.

Dampak terhadap Indonesia Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menyatakan, dampak Brexit terhadap Indonesia tidak terlalu signifikan.

Pasalnya, hubungan ekonomi dan perdagangan Indonesia dengan Inggris tidak terlalu besar.

"Karena sekarang ekspor dan impor Indonesia dengan Inggris belum terlalu besar. Kami lihat dampaknya tidak terlalu besar, jadi masih bisa kami jaga," jelas Agus.

Namun demikian, Agus mengungkapkan bank sentral terus mengamati proses negosiasi antara Inggris dengan Uni Eropa pasca Brexit. Agus menjelaskan, proses ini setidaknya bisa memakan waktu 2 tahun.

"Hasil referendum Inggris keluar dari Uni Eropa tidak langsung otomatis. Inggris harus membuat permintaan ke Uni Eropa untuk keluar. Ada proses negosiasi, dibicarakan tarif, migrasi, non tariff barrier. Perlu 2 tahun, implikasinya biasanya jangka panjang," terang Agus.

Kompas TV Infografis: Apa itu Brexit?



Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika