KOMPAS.com- Beberapa tahun lalu, Ben Wu masih bekerja di sebuah perusahaan trading yang bermarkas di California, Amerika Serikat. Namun, dia memilih banting setir menjadi gamer, alias pemain video game.
Gaji bulanan yang tinggi sebagai trader, tak membuat Wu puas. Justru, kata dia, penghasilannya sekarang sebagai gamer jauh melebihi gaji bulanannya dulu.
Seperti dilansir oleh CNNMoney pada (29/9/2014), semua bermula saat ia sedang bosan-bosannya menjalani rutinitas kerja. Wu yang waktu itu telah menjadi trader selama tiga tahun, berniat cuti selama satu minggu.
Waktu cuti tersebut Wu gunakan untuk mengistirahatkan otak dari deadline pekerjaan yang sehari-hari memburunya. Bukannya menikmati cuti dengan berdiam di rumah, dia malah mengisi waktu dengan terus bermain video game.
Tak hanya itu, Wu bukan sekadar menuntaskan hobi, melainkan melakoninya sebagai pekerjaan penuh waktu selama satu minggu itu. Bahkan, dia sampai membuat panduan game online praktis di Youtube dan Twitch—aplikasi berisi tutorial game yang membeli jasa Wu seharga 1 miliar dollar AS.
Merasa bisa menghasilkan pendapatan lebih banyak, Wu memutuskan melepas pekerjannya sebagai trader. Terlebih lagi, sekarang adalah zaman eSport—kompetisi video game teratur dan terorganisir yang diperuntukkan bagi gamer profesional—yang menjadikan video game sebagai sumber pendapatan.
“Banyak orang mengira bahwa video game adalah permainan anak-anak atau remaja. Padahal, permainan ini sangat dinamis, bahkan membutuhkan kerja sama tim untuk berpikir out of the box,” ungkap Wu.
Valve Dota 2 mode virtual reality
Satu kompetisi “The International” dari
game “Defense of the Ancients” atau yang lebih dikenal dengan DotA, misalnya,
gamer bisa membidik hadiah uang sampai hampir 11 juta
dollar AS, setara sekitar nyaris Rp 150 miliar memakai kurs sekarang.
Karenanya, wajar saja bila kemudian banyak orag dan tim dari seluruh penjuru dunia bersedia bertarung lewat media
game online.
Game jadi pendapatan
Anda yang memiliki hobi seperti Wu bisa saja mencoba peluang dari permainan seperti dia. Terlebih lagi, saat ini sudah banyak panduan untuk menguasai permainan tersebut, mulai dari apa saja kebutuhan untuk bermain suatu
game, cara memainkannya, hingga daftar
skill demi memenangi
game dari awal.
Sudah begitu, banyak pula game yang sekarang bisa dimainkan cukup dari
smartphone. Untuk mengasah kemampuan bermain
game, ponsel pintar juga sudah jamak menjadi sarana berlatih.
Namun, tak semua
game benar-benar bisa dimainkan di
smartphone semulus saat dijalankan di komputer, apalagi bila menyangkut permainan para
gamer profesional.
Game-game “kelas berat”—apalagi
game dengan grafis 3D—butuh
smartphone yang memiilki spesifikasi khusus.
BBC Ilustrasi
Bila spesifikasi gadget biasa-biasa saja apalagi abal-abal,
game sederhana saja akan tersendat dimainkan di situ,
boro-boro yang profesional. Namun, tantangan ini sekarang sudah bisa ditangani oleh smartphone yang telah menyematkan aplikasi pemrograman
interface terbaru bernama Vulkan API 1.0.
Pemrograman itu disebut bisa mengefisienkan kolaborasi pemakaian CPU—ibarat otak
gadget—dan GPU—sebagai “pengganti” kartu grafis PC untuk
smartphone. (
Baca:
Samsung Galaxy S7 Sudah Dukung Vulkan API, Apa Itu?)
Smartphone seperti Samsung
Galaxy S7 juga sudah punya teknologi yang bisa mendinginkan prosesor, yaitu
liquid cooling system. Paduan fitur-fitur terbaru seperti itu memastikan
game profesional sekalipun bisa lancar dimainkan di ponsel laiknya memakai komputer
dekstop berspesifikasi tinggi.
Kalau sudah begitu, bermain
game pun sekarang tak lagi harus terpaku di depan komputer dan berkutat di dalam kamar tertutup. Cukup berbekal ponsel yang tepat, permainan seru bisa tetap dilakukan dengan lebih banyak variasi lokasi. Siapa tahu juga, rezeki datang pula dari sana.
Siap jadi Wu berikutnya?