Ini Penyebab Makanan yang Digoreng Tidak Sehat - Kompas.com
Sabtu, 18 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Ini Penyebab Makanan yang Digoreng Tidak Sehat

Kamis, 2 Juni 2016 | 13:05 WIB
Shutterstock Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernahkah Anda tidak mengonsumsi makanan yang digoreng dalam satu hari saja? Rasanya kebanyakan masyarakat Indonesia terbiasa makan makanan yang digoreng. Apakah itu ayam goreng, tempe goreng, pisang goreng, dan aneka gorengan yang banyak dijual di pinggir jalan atau selalu tersedia di warung makan.

Makanan yang digoreng memang nikmat, tetapi bisa menyebabkan masalah pada tubuh. Dokter spesialis gizi klinik Samuel Oetoro mengatakan, minyak yang digunakan untuk menggoreng, umumnya akan rusak pada suhu 100 derajat celsius.

"Rusaknya minyak menjadi asam lemak trans atau lemak jahat yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah," terang Samuel di Jakarta, Selasa (31/5/2016).

Kandungan lemak trans juga meningkat pada minyak goreng yang berulang kali digunakan untuk menggoreng. Penyumbatan pembuluh darah terjadi, karena lemak trans menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah tersebut.

Hal ini merupakan faktor risiko tinggi terjadinya serangan jantung. Lemak trans akan meningkatkan kadar Kolesterol jahat dan mengurangi Kolesterol baik.

Menurut Samuel, sejumlah minyak yang dikategorikan lebih sehat dibanding minyak kelapa juga tidak boleh digunakan untuk menggoreng, seperti minyak zaitun, kanola, hingga minyak kedelai. Kandungan sehat minyak tersebut juga akan rusak saat dipanaskan hingga suhu 100 derajat.

Samuel mengungkapkan, satu-satunya minyak yang tidak rusak saat digunakan untuk menggoreng makanan adalah minyak bekatul, yaitu minyak yang berasal dari dedak atau serbuk halus dari kulit padi. Minyak tersebut baru akan rusak pada suhu 260 derajat celsius.

"Kan, enggak ada orang yang menggoreng sampai 260 derajat celsius," kata Samuel.

Samuel pun menyarankan untuk mengurangi makanan yang digoreng dan menggantinya dengan mengolah makanan lebih sehat, seperti direbus dan dikukus.

Dalam konsumsi makanan sehat, Samuel pun membuat rumus 4 J, yaitu jumlah makanan, jam atau jadwal makan, jenis makanan, dan jurus masak.

Penulis: Dian Maharani
Editor : Bestari Kumala Dewi