Tren Urbanisasi Indonesia Belum Bisa Stimulasi Pertumbuhan Ekonomi - Kompas.com
Minggu, 19 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Tren Urbanisasi Indonesia Belum Bisa Stimulasi Pertumbuhan Ekonomi

Rabu, 1 Juni 2016 | 18:43 WIB
www.designboom.com Tingginya urbanisasi telah merangsang pembangunan ekonomi. Ini menjadi alasan penting yang mendesak kebijakan pemerintah pusat untuk membuat reorientasi perkotaan.

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan perkotaan di Indonesia berkembang begitu pesat.

Akhirnya, tren urbanisasi pun tidak bisa dihindari.

Pada dasarnya urbanisasi bisa menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional.

Dalam laporan United Nations World Urbanization Prospects tahun 2014 disebutkan proporsi penduduk perkotaan di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 53 persen.

Ini serupa dengan China dan lebih tinggi dibandingkan negara-negara Asia lain, seperti India, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Namun demikian, tren urbanisasi di Indonesia belum mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi seperti halnya negara-negara lainnya yang menjadi peer Indonesia.

"Penduduk urban di Indonesia tumbuh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan urban dunia. Akan tetapi, dampak urbanisasi dalam mendorong PDB per kapita di Indonesia belum setinggi negara-negara peer," kata Arief Hartawan, Direktur Departemen Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Rabu (1/6/2016).

Arief menyebut, data Bank Dunia menyatakan setiap 1 persen urbanisasi Indonesia berkorelasi dengan 2 persen pertumbuhan PDB.

Sementara itu, di China berkorelasi dengan 6 persen pertumbuhan PDB, di Vietnam 8 persen, Thailand 10 persen, dan India 6 persen.

"Dampak urbanisasi terhadap PDB Indonesia kecil sekali. Kita kalah dengan Thailand dan Vietnam," jelas Arief.

Lebih lanjut, Arief menyatakan, urbanisasi dapat berkontribusi besar terhadap perekonomian apabila penduduk yang masuk ke perkotaan adalah individu yang memiliki keterampilan bagus, tingkat pendidikan baik, dan kualitas diri yang mendukung lainnya.

Tipe individu ini, kata Arief, dapat menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

"Kalau penduduk yang masuk memiliki skill yang bagus maka bisa menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia tampaknya belum seperti itu, yang pintar-pintar malah lari ke kota lain atau ke luar negeri," ungkap Arief.

Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : M Fajar Marta