Polling Ekonom: "Brexit" Akan Membahayakan Ekonomi Inggris - Kompas.com
Rabu, 3 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Polling Ekonom: "Brexit" Akan Membahayakan Ekonomi Inggris

Senin, 30 Mei 2016 | 07:00 WIB
AFP/JUSTIN TALLIS Sebuah bus khas London melintas di Henry Prince Estate di London Selatan, Jumat (5/5/2016). Di tempat inilah Wali Kota London yang baru Sadiq Khan tinggal saat kanak-kanak. Khan adalah anak dari seorang sopir bus London yang menjadi Muslim pertama yang bisa menduduki jabatan wali kota di ibu kota negara-negara Eropa.

KOMPAS.com - Sembilan dari 10 ekonom top Inggris yang bekerja di distrik keuangan, UKM dan akademisi di Kota London percaya ekonomi akan membahayakan jika Inggris keluar dari Uni Eropa.

Hal itu dikatakan dalam polling yang diadakan di Minggu.

Polling tersebut, seperti dikutip dari koran Observer, merupakan respon terbesar dari lebih 600 ekonom. Polling tersebut jadi pendorong baru bari Perdana Menteri David Cameron yang menginginkan Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa, pada referendum tanggal 23 Juni nanti.

Polling tersebut dihelat oleh Ipsos-MORI. Polling menemukan fakta bahwa 88 persen dari ekonom yang ditanyai akan menyatakan bahwa keluar dari Uni Eropa dan jadi pasar tunggal akan berbahaya bagi prospek pertumbuhan Inggris ke depan hingga lima tahun mendatang.

Lalu, sebanyak 82 persen mengatakan, akan ada dampak negatif pada penerimaan rumah tangga.

Koran The Observer mengatakan, jumlah mereka yang disurvei merupakan mereka yang profesinya sangat penting, misal di  Royal Economic Society dan di Society of Business Economists.

Para pengkampanye dari sisi setu7ju Brexit dan tidak setuju Brexit sama-sama berargumen mengenai prospek ekonomi, untuk memenangkan pemilihan pada 23 Juni 2016. Hal ini memecah Inggris jadi dua kubu pendapat.

Para pendukung "Out" mengatakan Inggris akan bebas dari regulasi pengekang bila keluar dari Uni Eropa. Inggris akan mandiri bernegosiasi mengenai perdagangan tanpa harus membuat senang 27 negara anggota EU lain.

Matthew Elliott, chief executive untuk Vote Leave, menuduh para ekonom membuat argumen kosong agar masyarakat tetap berada di Uni Eropa.

"Sepertinya ada konsensus antar-ekonom, mendukung Inggris mencari kekayaan seperti 15 tahun lalu. Mereka salah saat itu dan mereka juga salah saat ini," kata dia melalui pernyataan resmi.

Tapi pendukung kampanye "In" menekankan bahwa argumen bahwa  Inggris akan menderita secara ekonomi jika meninggalkan Uni Eropa, membuat matauang pound turun, demikian juga dengan pekerjaan dan upah.

PM David Cameron mengomentari hasil polling ini. "Polling ini mengkonfirmasi pendapat para ekonom. Meninggalkan Uni Eropa akan merusak perekonomian kita, jumlah pekerjaan turun dan harga-harga naik," kata dia.

Kompas TV Surga Berbelanja Di Eropa



Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Aprillia Ika
Editor : Aprillia Ika
Sumber: Reuters