JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah ingin mencetak 1.000
startup atau diistilahkan "
technopreneur" pada 2020 mendatang. Artinya, sekitar lima tahun dari sekarang,
startup mapan semacam
Go-Jek, Tokopedia, dan Bhinneka, akan semakin berseliweran.
Target ambisius tersebut tampaknya beriringan dengan visi
Google Indonesia yang hendak melatih 100.000 pengembang aplikasi dari Tanah Air. Jumlah itu ditargetkan tercapai pada 2020.
Perlu dicatat,
technopreneur berbeda dengan pengembang aplikasi. Target pemerintah merujuk pada
startup "jadi". Sementara target
Google merujuk pada pengembangan
skill untuk membuat aplikasi.
Target
Google diugkapkan Communication Manager
Google Indonesia Jason Tedjasukmana pada sesi media hari ini, Kamis (3/3/2016), di Restoran Locanda, Jakarta.
"Ada beberapa upaya yang kami lakukan untuk mencapai target 100.000 pengembang aplikasi pada 2020. Launchpad Accelerator adalah salah satunya," kata dia.
Diketahui, Lauchpad Accelerator adalah program pengembangan
startup selama enam bulan. Pada kurun waktu tersebut,
startup terpilih akan diboyong ke Silicon Valley, AS, untuk mengenyam pendidikan singkat soal usaha rintisan digital. Masing-masing juga diberi pendanaan bebas ekuitas sekitar Rp 600 jutaan.
Selain program tersebut,
Google juga akan bermitra dengan perguruan tinggi untuk menjangkau mahasiswa ilmu komputer tahun terakhir.
Google akan menerapkan kurikulum selama satu semester mengenai cara mengembangkan aplikasi
Android berkualitas tinggi.
Langkah lain,
Google juga sedang menerjemahkan materi kursus online pengembangan aplikasi di Udacity ke dalam Bahasa Indonesia.
Diketahui, kursus tersebut diajar oleh instruktur ahli dari tim Developer Relations
Google dan dapat diakses secara gratis lewat perangkat apa saja.
Di ranah
offline,
Google juga akan memulai "Indonesia
Android Kejar". Sederhananya, program itu berbentuk pelatihan intensif yang dipimpin fasilitator ahli di bidang
mobile apps. Program tersebut diadakan di lima kota, yakni Bandung, Jakarta, Semarang,
Surabaya dan
Yogyakarta.