FBI Minta Bongkar iPhone, Hakim Bela Apple - Kompas.com
Senin, 8 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

FBI Minta Bongkar iPhone, Hakim Bela Apple

Rabu, 2 Maret 2016 | 09:32 WIB
The Verge Logo Apple di Bill Graham Ciciv Auditorium, San Francisco, AS.
KOMPAS.com - Kisruh Apple dan FBI masih terus berlangsung. Apple diminta membantu proses investigasi FBI atas kasus terorisme yang terjadi di San Bernardino, AS, beberapa saat lalu.

Apple tegas menolak karena FBI ingin membobol iPhone yang diduga milik teroris untuk mengakses data di dalamnya.

Perusahaan gadget berlambang buah apel tergigit itu tak mau mengkhianati komitmen keamanan privasi pengguna. Sikap Apple menuai kontroversi di tengah masyarakat.

Salah satu yang mendukung aksi Apple -selain sesama perusahaan teknologi- adalah Hakim Federal di New York, AS, James Orenstein.

Hal ini cukup mengejutkan. Sebelumnya, kubu lembaga hukum dan pemerintahan di AS seakan kompak menekan Apple agar mau membuka akses enkripsi iPhone, sebagaimana dilaporkan Business Insider dan dihimpun KompasTekno, Selasa (1/3/2016).

Keberpihakan Orenstein ke Apple tentu bak ikan yang berenang melawan arus. Ia mengatakan FBI dan pemerintah AS tak bisa memaksa Apple membuka pintu belakang akses enkripsi.

"Saya menyimpulkan bahwa tidak ada faktor-faktor kuat untuk memaksa Apple membantu penyelidikan pemerintah. Oleh karena itu saya menolak inisiasi pemerintah," kata Orenstein dalam putusan kasus pengedaran narkoba di Brooklyn, New York.

Ya, Orenstein tak berbicara spesifik untuk kasus di San Bernardino. Putusannya mengacu pada kasus pengedaran narkoba di Brooklyn oleh bandar bernama Jung Feng sejak Oktober 2015 silam.

Sama seperti kasus di San Bernardino, FBI meminta bantuan hukum untuk menekan Apple membuka akses enkripsi pada iPhone Feng. Lama bergulir, akhirnya keputusan Hakim diketok palu.

Dengan ini, khusus untuk Brooklyn, Apple dinyatakan menang. Bagaimana dengan kasus San Bernardino? Belum jelas seperti apa ujungnya.

Penulis: Fatimah Kartini Bohang
Editor : Oik Yusuf
Sumber: Business Insider