Kalijodo Siap Jadi Taman Seluas 4 Hektar - Kompas.com
Minggu, 19 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Kalijodo Siap Jadi Taman Seluas 4 Hektar

Senin, 29 Februari 2016 | 19:32 WIB
KOMPAS.COM/ANDRI DONNAL PUTERA Tampak papan pengumuman dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang didirikan di atas reruntuhan Kalijodo, Jakarta Utara, Senin (29/2/2016). Ke depan, bekas lokalisasi dan tempat hiburan malam selama puluhan tahun itu akan menjadi ruang terbuka hijau, ruang publik ramah anak, jogging track, dan lapangan futsal.
JAKARTA, KOMPASKalijodo siap ditata dan dibangun menjadi ruang terbuka hijau.

Namun, di sela-sela persiapan sebelum penertiban ratusan bangunan liar di kawasan itu, kebakaran melanda dua rumah di Jalan Kepanduan II di perbatasan Jakarta Utara dan Jakarta Barat itu.

Ditemui di Kalijodo, perwira piket Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat, Sastro, Minggu (28/2/2016) malam, mengatakan, pada pukul 20.45 api muncul di rumah warga, Sidik (38), di eks kawasan lokalisasi Kalijodo.

Api diduga muncul akibat tumpukan kayu didekat rumah berukuran 5 meter x 7 meter di RT 005 RW 005, Penjagalan, Jakarta Utara, itu dibakar orang tak dikenal.

"Api bisa dipadamkan setelah dikerahkan 14 mobil pemadam. Pukul 21.30, kebakaran teratasi. Dua rumah ludes, tanpa korban jiwa," kata Sastro.

Sampai menjelang bakal dirubuhkan, semalam, sekitar 5.000 personel, polisi, satpol PP, dan anggota TNI, disiagakan di Kalijodo.

Seusai diratakan, di atas lahan tersebut akan dibangun taman seluas 4 hektar yang bakal rampung dalam empat bulan.

"Biayanya sekitar Rp 20 miliar. Dana diperoleh dari dana CSR (corporate social responsibility). Sejumlah perusahaan sudah menawarkan dana CSR ini kepada kami. Jadi, soal pembiayaan, sudah selesai. Kami berharap dalam empat bulan setelah lahan dibebaskan dari bangunan, taman selesai dibangun," kata Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan lingkungan hidup Oswar Muadzin Mungkasa saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat.

Ia didampingi Kepala Dinas Taman dan Pemakaman Ratna Diah Kurniati, sejumlah arsitek lanskap, Kepala Dinas Tata Ruang Iswan Achmadi, Asisten Deputi Bidang lingkungan hidup Riana Faiza, serta Asisten Deputi Bidang Tata Ruang Abdul Chair.

Ratna menambahkan, 3,5 hektar dari 4 hektar kawasan tadi berada di wilayah Jakarta Utara, sedangkan 0,5 hektar lainnya berada di wilayah Jakarta Barat.

Taman akan dilengkapi sejumlah fasilitas publik (lihat gambar). "Taman akan dibangun dengan bermacam kontur tanah untuk kegiatan olahraga, bermain, berkesenian, sekaligus sebagai tempat meeting point untuk bermacam pawai dan kegiatan sosial budaya lainnya," ucap Ratna.

Taman akan dibangun dalam tiga tahap. Tahap pertama, pembuatan bermacam kontur tanah dan penghijauan.

Tahap kedua, pembangunan ruang terbuka hijau secara keseluruhan, termasuk pembangunan infrastruktur serta lampu penerang dan penghias taman.

Tahap ketiga, membangun komunitas peduli lingkungan yang mampu menghidupkan bermacam kegiatan di taman.

Oswar menambahkan, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menginginkan ada sedikit ruang untuk para pedagang kaki lima di taman tersebut. "Yang penting ditata, dibatasi, dan dikendalikan," ujar Oswar.

Menghidupkan sejarah

Pemerhati Kota Tua Candrian Attahiyat, sejarawan Jakarta Mona Lohanda, budayawan Yapi Tambayong alias Remy Sylado, dan pengamat perkotaan Nirwono Yoga menyambut baik pembangunan taman di Kalijodo.

Mereka berharap kehadiran taman di Kalijodo bukan hanya dikaitkan dengan fungsi sebagai daerah resapan air dan paru paru kota saja, tetapi juga harus dikaitkan dengan aspek edukasi, budaya, dan sejarah.

Mona mengusulkan agar taman di Kalijodo bisa menjadi perluasan area binaan Kota Tua. Alasannya, kawasan Kalijodo menjadi bagian akhir dari riwayat para imigran dan sejumlah suku di Nusantara dalam membangun Batavia.

"Ada semangat toleransi dan kegotongroyongan di antara bermacam imigran dan etnis yang berkembang dari jalur Banten-Tangerang-Kalijodo-Tubagus Angke-Toko Tiga-Glodok-hingga kawasan Kalibesar di Kota Tua," ujar Mona.

Candrian berpendapat, untuk membangkitkan kembali sejarah Jakarta yang bersemangat kebinekaan itu, Pemprov DKI perlu mendorong bermacam kegiatan budaya yang diadakan di taman dan mendorong meluasnya komunitas peduli.

"Peduli pada persoalan lingkungan fisik, sosial, budaya, dan sejarah Jakarta," ucap Candrian.

Menurut Nirwono, pembangunan taman di Kalijodo sebagai bagian dari usaha penanggulangan banjir terkait perluasan daerah resapan air dan pengerukan kali harus tetap menjadi sasaran utama.

"Pembangunan taman di tepian Kalijodo ini adalah bagian dari pembangunan ruang terbuka hijau di bantaran empat sungai, yaitu Sungai Ciliwung, Pesanggrahan, Angke, dan Sunter," ucap Nirwono.

Menurut Nirwono, di DKI masih ada beberapa taman yang nyaris tidak memiliki fungsi sosial, apalagi edukasi dan budaya. Hal tersebut terjadi karena pembangunan taman tersebut tidak disertai rencana pembangunan jalur jalan yang aman bagi warga yang hendak ke taman. "Kalau warga saja sudah sulit mendapat akses ke taman, apalagi mau mengembangkan komunitas di taman," ucap Nirwono.

Ia setuju jika kehadiran taman di Kalijodo dijadikan alasan untuk merancang ulang pembangunan Kota Tua.

Masyarakat yang tinggal di sekitar taman di Kalijodo, kata Nirwono, bisa menjadi modal menghidupkan Kota Tua dengan bermacam kegiatan, festival, dan parade.

"Kalau mengharapkan komunitas tumbuh di sekitar Taman Fatahillah, Kota Tua, jelas sulit karena tidak ada kawasan permukiman di sekitar Taman Fatahillah, ujar Nirwono.

Sementara itu, Remy berharap, Pemprov DKI berani mengembalikan suasana Kalijodo sekurangnya di pertengahan abad ke-19. Kala itu, Kalijodo masih diwarnai hilir mudik biduk (perahu) berlampion.

"Sesuaikan saja suasana perahu-perahu di Kalijodo itu dengan kondisi saat ini. Yang penting ada 'kehidupan' dan kegembiraan di atas permukaan air Kalijodo," ucap Remy.

Minta ditunda

Menanggapi rencana penggusuran hari ini, Tigor Hutapea dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta menyatakan, penggusuran paksa yang dilakukan Pemprov DKI di Kalijodo melanggar hak asasi manusia.

Untuk itu, LBH Jakarta meminta Pemprov DKI menunda penertiban yang dilaksanakan hari ini. Menurut Tigor, masih ada 53 keluarga Kalijodo yang akan bertahan saat penggusuran.

Di Kalijodo, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal, kemarin, mengatakan, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian akan ke lapangan memeriksa kesiapan tim gabungan.

"Berdasarkan informasi intelijen dan pemantauan lapangan, sampai sekarang belum ada potensi konflik akibat pembongkaran yang bakal dilakukan. Meski demikian, kami tetap mewaspadai munculnya potensi konflik," ujarnya.

(WIN/IRE/C09/C10/JAL)


----


Artikel ini sebelumnya ditayangkan di Harian Kompas edisi Senin, 29 Februari 2016, dengan judul "Kalijodo Siap Jadi Taman Seluas 4 Hektar"

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Editor : Icha Rastika
Sumber: Harian Kompas