Barcelona, KOMPAS.com - “5G itu bukan cuma soal kecepatan saja,” tegas EVP sekaligus CTO Qualcomm, Matt Grob, ketika berbicara dalam sesi
keynote 5G di ajang Mobile World Congress (MWC) 2016,
Barcelona, Spanyol, minggu lalu.
Menurut dia, teknologi seluler generasi ke-5 tersebut nantinya memang akan menghadirkan kecepatan transfer data yang jauh lebih kencang dari jaringan 4G yang ada saat ini, mencapai puluhan gigabit per detik.
Tapi lebih dari itu, 5G juga akan membuka aneka kemungkinan lain terkait pemanfaatan jaringan seluler di industri telekomunikasi.
“Tiga pilar Qualcomm terkait pemanfaatan jaringan 5G ini adalah
enhanced mobile broadband, mission critical services, dan
massive internet of things,” imbuh Grob di hadapan media yang hadir, termasuk jurnalis
KompasTekno, Oik Yusuf.
Dari sisi konsumen, lanjutnya, kecepatan
broadband 5G akan menghadirkan era
virtual reality and
augmented reality, di mana pengguna bisa langsung merasakan pengalaman memasuki dunia virtual langsung dari
handset tanpa perlu terhubung ke jaringan internet kabel.
Soal IoT, jaringan 5G akan membantu perwujudan konsep
smart city dan
smart home dengan
coverage yang lebih merata dan kecepatan transfer data tinggi. Mobil-mobil otomatis bakal terhubung dengan pusat data dan aneka sensor yang tersebar di segala penjuru kota.
Lalu, keamanan tinggi dipadu dengan
latency yang rendah dari jaringan 5G disebut Grob akan memungkinkan aneka skenario lain terkait mission
critical services atau layanan yang membutuhkan reliability tinggi seperti mobil otomatis tadi.
“Ini tak hanya berlaku untuk industri saja, namun bisa juga di bidang medis seperti konsultasi antara dokter dan pasien, hingga balapan
drone dan
real time control. Kita akan punya itu semua,” katanya.
Robot 5GSenada dengan Grob, CTO SK Telecom Alex Choi berpendapat bahwa era 5G nanti akan didominasi oleh para pemain di bidang data, IoT, dan Media Player.
“Dulu saat era 3G yang berjaya adalah operator dan vendor. Saat kebangkitan
smartphone beralih ke OTT, nanti situasinya akan beda lagi saat era 5G,” ujar Choi dalam kesempatan yang sama.
Seperti Qualcomm, SK Telecom fokus mengembangkan 5G untuk keperluan
mission critical, machine communications, dan hal-hal terkait
virtual reality dan kendali robot dari jarak jauh.
Virtual reality, menurut Choi, adalah salah satu
use case paling menarik dari jaringan 5G dibandingkan teknologi 4G sebelumnya. Dengan virtual reality di 5G, orang-orang dari berbagai tempat berbeda bakal bisa saling bekerjasama seolah benar-benar hadir di lokasi yang sama.
“Soal robot,
latency jaringan 5G yang rendah memungkinkan robot menggantikan manusia di kasus-kasus berbahaya seperti pemadam kebakaran,” tambah Choi.
Saat ini standar teknologi 5G masih belum ditetapkan. Para pelaku industri telekomunikasi masih berkesperimen dengan teknologi masing-masing.
(
BACA JUGA: Qualcomm: Kami Akan Pimpin Transisi 5G)
SK Telecom, misalnya, menggunakan frekuensi 6 GHz untuk mencapai kecepatan transfer hingga 9,5 gigabit per detik. Sementara, Qualcomm mengembangkan
mobile broadband dengan teknologi
millimeter wave,
massive MIMO, dan
carrier agregation untuk mewujudkan
bandwidth yang lebih besar.
Butuh waktu beberapa tahun lagi sebelum jaringan 5G bisa mulai digelar. Pihak Qualcomm menargetkan akan mulai menggelar uji lapangan pada 2018, sementara layanan resmi diperkirakan baru mulai tersedia pada 2020.