Ancaman "Brexit" Ganggu Sterling, Mata Uang Utama Lain Kalem - Kompas.com
Jumat, 5 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Ancaman "Brexit" Ganggu Sterling, Mata Uang Utama Lain Kalem

Senin, 22 Februari 2016 | 06:55 WIB
THINKSTOCK Ilustrasi
SYDNEY, KOMPAS.com - Nimai mata uang sterling jatuh di Asia pada senin pagi (waktu setempat) seiring bertumbuhnya kekhawatiran keluarnya Inggrus dari Uni Eropa.

Kekhawatiran ini terjadi setelah Walikota London Boris Johnson mendukung upaya Inggris keluar dari Uni Eropa.

Di sisi lain, dollar AS, euro dan yen tidak terkoreksi dalam akibat upaya Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) ini.

Mata uang pound turun 1 persen terhadap dollar AS, euro dan yen. Pada awal perdagangan Senin, pound turun di level 1.4235 dollar AS dari sebelumnya 1.4405 dollar AS.

Juga turun ke level 160,07 yen per Senin, dibanding 162,10 di akhir perdagangan Jumat.

Mata uang sterling sendiri menguat di Jumat, setelah pimpinan Uni Eropa mengumumkan akan menyiapkan paket untuk memastikan Inggris tetap masuk sebagai salah satu dari 28 anggota Uni Eropa.

Tapi, pada hari Minggu lalu, walikota Johnson mengatakan bahwa Perdana Menteri David Cameron gagal untuk memberikan reformasi fundamental pada kesepakatan dengan Uni Eropa tersebut.

Hal itu mendorongnya untuk mendukung aksi Inggris keluar dari Uni Eropa. Sikapnya ini akan memicu referendum keluarnya Inggris dari blok kawasan inipada Juni mendatang.

"Ketidakpastian politik di Inggris pada saat referendum bisa memberatkan mata uang sterling," kata Elias Haddad, analis mata uang di Commonwealth Bank.

dollar AS Naik

Sementara itu, mata uang utama dunia tidak terlalu terpengaruh faktor "Brexit" ini. dollar AS menyentuh level 112,50 yen, atau 124,97 euro. Euro melemah terhadap dollar, yakni di level 1.1112 dollar AS.

Kenaikan dollar didorong oleh data ekonomi di Jumat yang menunjukkan inflasi harga konsumen di januari yang merupakan angka tertinggi sejak 4,5 tahun terakhir.

Hal itu menunjukkan dukungan akan kenaikan suku bunga yang diprediksi akans egera dilakukan oleh Federal Reserve, bank sentral AS.

Sayangnya, pasar tetap skeptis, karena perlambatan perekonomian global dan turbulensi pasar.

Penulis: Aprillia Ika
Editor : Aprillia Ika
Sumber: Reuters