Internet di India Wajib Adil dan Setara, Indonesia? - Kompas.com
Selasa, 9 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Internet di India Wajib Adil dan Setara, Indonesia?

Jumat, 12 Februari 2016 | 19:09 WIB
Thinkstock Ilustrasi penggunaan telepon genggam untuk aktivitas sehari-hari
KOMPAS.com - Topik mengenai net neutrality atau netralitas internet sedang ramai di bicarakan karena menjadi "biang keladi" diblokirnya program internet gratis Facebook di Indonesia.

Netralitas internet bisa diartikan sebagai prinsip keadilan dan kebebasan netizen mengakses semua layanan di internet.

Prinsip net neutrality menegaskan bahwa akses internet pada semua konten harus setara dan adil. Sederhananya, jika menuruti prinsip tersebut, tidak boleh ada situs yang menjadi "anak emas" atau "anak tiri" penyedia jaringan.

Program internet gratis Facebook (Free Basics) dinilai tidak memenuhi prinsip netralitas internet karena mereka hanya menggratiskan layanan tertentu saja.

Sedangkan layanan lain yang tak bekerja sama dengan mereka tetap dipungut bayaran. Di sinilah diskriminasi terjadi dan jadi alasan Free Basics diblokir.

Sedangkan di sisi operator, pada akhir 2014 juga terjadi diskriminasi yang mirip. Salah satunya adalah operator telekomunikasi Airtel yang menarik biaya tambahan untuk penggunaan layanan Voice over Internet Protocol (VoIP).

Aturan netralitas internet yang awal Februari 2016 ini dikeluarkan oleh Telecom Regulatory Authority of India (TRAI) mengatur agar kebijakan diskriminatif tersebut dibatalkan.

Bagaimana dengan Indonesia?

Lain ladang, lain belalang. Kalau di India didukung langsung oleh pemerintahnya sedangkan Indonesia dengan tegas tidak pro terhadap netralitas internet.

Lihat saja pada peristiwa yang sempat heboh beberapa hari lalu, yaitu Telkom yang memblokir Netflix supaya tidak dapat diakses melalui berbagai layanan dari grup mereka.

Dari sisi pemerintah pun masih ada Vimeo yang diblokir dengan alasan pornografi. Sedangkan YouTube dan layanan video lain yang sebenarnya sejenis, tetap bebas diakses.

Selain itu, operator sebagai penyedia akses pun tidak mendukung netralitas internet. Salah satu yang mengatakan hal ini dengan tegas adalah Indosat.

"Indosat sangat tegas menolak yang namanya net neutrality. Semua operator firm, pemerintah juga firm bahwa kita tidak mendukung net neutrality," ujar CEO Indosat Alexander Rusli saat berbicara dengan sejumlah media, termasuk KompasTekno di Gili Trawangan, April tahun lalu.

Indosat juga bekerja sama dengan Facebook untuk menyelenggarakan program Free Basics di Indonesia.

Melalui program ini sejumlah situs bisa diakses gratis, sedangkan situs yang tidak termasuk di dalamnya tetap mesti terkena tarif data.
Penulis: Yoga Hastyadi Widiartanto
Editor : Reza Wahyudi