74 Persen Perangkat Android Bisa Dimata-matai - Kompas.com
Jumat, 17 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

74 Persen Perangkat Android Bisa Dimata-matai

Rabu, 25 November 2015 | 10:34 WIB
Wicak Hidayat/KompasTekno Patung Android Marshmallow di kantor pusat Google, Mountain View, California.

KOMPAS.com - Laporan dari sebuah kantor pengacara di New York menunjukkan, pemerintah AS dapat memata-matai 74 persen perangkat Android di seluruh dunia. Persentasi itu bahkan bisa lebih tinggi.

Hal ini dimungkinkan atas izin Google. Menurut hasil penelitian, Google menyediakan pintu belakang (backdoors) untuk akses mata-mata. Caranya dengan mengatur ulang kode akses perangkat Android secara diam-diam.

Tepatnya pada perangkat Android lawas, yakni yang belum diperbarui ke versi Lollipop atau Marshmallow, sebagaimana dilaporkan BGR dan dihimpun KompasTekno, Selasa (24/11/2015).

"Tim forensik bisa mengatur ulang kode akses dengan beberapa teknik forensik atas izin Google. Proses ini bisa berlangsung secara diam-diam dan tim forensik bisa melihat semua konten dari beberapa perangkat Android," begitu tertera pada dokumen.

Bagi pengguna Android Lollipop dan Marshmallow, tampaknya bisa berlega. Pasalnya, Google tak bisa mengatur ulang kode akses secara diam-diam pada kedua versi tersebut.

Sayangnya, masih sedikit perangkat Android yang sudah diperbarui ke Lollipop atau Marshmallow. Saat ini, 74 persen atau mayoritas perangkat Android yang beredar di pasaran masih nyaman dengan sistem operasi lawas.

Padahal, selain fitur-fiturnya sudah lapuk, dari faktor keamanan pun versi Android lawas masih banyak celah. Untuk itu, bagi yang belum memperbarui sistem operasinya, sebaiknya segera berbenah.

Bagaimanapun, temuan ini bisa dibilang mengejutkan. Pasalnya, pasca insiden Paris, pemerintah AS memang sempat mendesak para perusahaan TI untuk memperlemah enkripsinya, atau lebih tepatnya membuka akses backdoors bagi pemerintah.

Namun permintaan itu ditolak oleh para perusahaan TI, termasuk Google. Padahal, kenyataannya Google sudah menyediakan akses mata-mata tersebut.

Penulis: Fatimah Kartini Bohang
Editor : Reza Wahyudi
Sumber: BGR