KOMPAS.com -
Facebook menepati janjinya. Jejaring sosial itu mengaktifkan fitur Safety Check sebagai respons atas pengeboman di Nigeria, Rabu (18/11/2015).
Pengeboman itu sendiri terjadi dalam sebuah pasar di timur laut Nigeria, tepatnya di kota Yola. Hingga berita ini dinaikkan, setidaknya sudah ada 32 korban meninggal akibat ledakan tersebut.
Belum ada pihak yang mau bertanggung jawab atas serangan tersebut. Tetapi, beberapa spekulasi menyebutkan, peristiwa ini dilakukan oleh kelompok teror Boko Haram.
"Kami mengaktikan kembali Safety Check setelah pengemboman di Nigeria pada sore ini," tulis CEO
Facebook Mark Zuckerberg melalui akun
Facebook resminya. Pengaktifan ini sendiri sudah dilakukan dua kali dalam beberapa hari terakhir.
Sebagaimana
KompasTekno rangkum dari
Venture Beat, Rabu (18/11/2015), fitur Safety Check ini memungkinkan pengguna di daerah yang terkena serangan untuk melaporkan statusnya. Yakni, apakah selamat dari serangan atau tidak.
Notifikasi akan langsung dikirimkan ke teman-teman yang ada di daftar teman
Facebook, setelah pengguna meng-update status terakhir.
Apabila si pengguna memilih pesan "aman", sistem secara otomatis akan mengirimkan notifikasi kepada semua kontak yang ada di akunnya. Isinya, menyatakan bahwa si pengguna dalam keadaan baik-baik saja.
Pengaktifan fitur ini sendiri dapat dikatakan sebagai respons
Facebook terhadap kritik yang diterimanya beberapa waktu lalu.
Kala itu, salah satu jejaring sosial terbesar ini mendapat reaksi negatif setelah baru menyalakan fitur Safety Check sebagai respons atas penyerangan di Paris. Padahal, sebelum-sebelumnya, sudah terjadi peristiwa penyerangan di negara lain.
Banyak pengguna mempertanyakan, mengapa
Facebook tidak mengaktifkan fitur tersebut saat peristiwa pengeboman Beirut, yang baru terjadi beberapa hari sebelumnya.
"Setelah penyerangan Paris minggu lalu, kami membuat keputusan untuk menggunakan Safety Check untuk peristiwa tragis seperti ini (pengeboman Nigeria). Kami saat ini bekerja cepat untuk mengembangkan kriteria peraturan baru dan menentukan kapan dan bagaimana layanan ini bisa berguna," tulis Zuckerberg.