Akal-akalan Aplikasi Juga Dilakukan Sopir GrabTaxi - Kompas.com
Selasa, 9 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Akal-akalan Aplikasi Juga Dilakukan Sopir GrabTaxi

Kamis, 17 September 2015 | 14:52 WIB
shutterstock.com Di Jakarta, taksi diperkirakan masuk pada 1930. Meski tak sebanyak di New York, jumlahnya terus bertambah sesuai kebutuhan masyarakat.
JAKARTA, KOMPAS.com — Akal-akalan aplikasi bukan hanya dilakukan oleh driver Go-Jek, melainkan juga oleh pengemudi taksi berbasis aplikasi, GrabTaxi.

Seorang sopir taksi yang bergabung dengan GrabTaxi membeberkan perilaku nakal sopir-sopir taksi dalam mengakali aplikasi.

Kepada KompasTekno, ES bercerita bahwa cara yang dilakukan sopir-sopir taksi nakal itu ada yang mirip dengan cara driver Go-Jek dalam mengecoh aplikasinya, yaitu dengan mengajukan order sendiri atau melalui sesama teman.

Selain itu, ada pula cara lain untuk menambah saldo tanpa harus repot-repot mengambil order.

"Biasanya setelah terima order beneran dari pelanggan, langsung cepet diselesaikan, pencet tombol 'selesai', jadi seperti sudah sampai gitu," kata ES kepada KompasTekno, Kamis (17/9/2015), di tengah perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta.

Menurut ES, setelah menekan tombol 'selesai', saldo dan bonus langsung masuk ke dalam akun GrabTaxi milik mereka.

"Saldonya kan langsung masuk. Enggak usah repot ngantar penumpang, tetapi duit masuk," ujarnya.

Namun, cara ini menurut ES memiliki kelemahan. Di sisi penumpang, mereka akan melihat di layar smartphone-nya bahwa order telah selesai dan diminta memberikan Review.

"Nah, pelanggan kan komplain, taksinya enggak sampai kok dibilang sudah selesai," kata ES.

Pelanggan seperti itu banyak yang komplain dan melapor ke GrabTaxi. Menurut ES, komplain-komplain seperti itu langsung ditindak tegas oleh GrabTaxi.

Mereka bisa melacak order. Kalau sudah demikian, GrabTaxi, menurut ES, akan memberikan hukuman berupa pemblokiran aplikasi.

"Di layarnya (smartphone) langsung kelihatan merah, enggak bisa dipakai sama sopir," kata ES.

Lama hukuman ini, menurut ES, bervariasi, tergantung pada pelanggaran. Lamanya bisa sampai dua hingga tiga bulan.

Jika melihat kedua kasus akal-akalan driver Go-Jek dan GrabTaxi, maka masih ada celah untuk berbuat curang. Sistem aplikasi yang dapat mencegah tindakan-tindakan seperti itu pun dengan demikian dibutuhkan.

Melihat banyaknya kecurangan seperti itu, ES merasa tidak heran. Sebab, GrabTaxi juga memberikan bonus yang besar bagi sopir taksi yang bisa mencapai target order tertentu dalam satu bulan. Besaran bonus pun Rp 4 juta-Rp 5 juta.
Penulis: Reska K. Nistanto
Editor : Reza Wahyudi