JAKARTA, KOMPAS.com - Pekan lalu,
Facebook mengemukakan rencananya mengekspansi layanan jejaring sosial menjadi agregator berita. Beberapa organisasi media terkemuka seperti
The New York Times dan
National Geographic, bakal digandeng untuk menggodok inisiasi ini.
Nantinya,
netizen dapat mengakses konten berita langsung dari
Facebook tanpa harus membuka tautan ke portal media tertentu. Rencana ini ditanggapi sebagai konsekuensi perkembangan teknologi oleh pendiri detikcom, Budiono Darsono.
''Saat ini berbagai portal
online juga sudah memanfaatkan media sosial untuk menyebar berita. Misalnya di
Detik.com, arus yang masuk juga banyak berasal dari Twitter,'' katanya saat ditemui usai sesi diskusi
''Media & Community in the Digital Era'', Sabtu (9/5/2015) di Gedung
Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Menurut pria yang kerap disapa BDI, perkembangan TI menuntut organisasi media untuk selalu berinovasi dan berubah bentuk. Dulu, format media cetak dengan teks panjang dianggap paling pas untuk memenuhi kebutuhan pembaca.
Saat ini, pembaca butuh berita cepat dan ringkas. Karenanya, format media bermigrasi ke arah digital. Pembaca dapat mengakses berita dalam waktu yang hampir sama ketika peristiwa terjadi.
Inisiasi
Facebook untuk menjadi pengepul berita juga berangkat dari kebutuhan masyarakat modern yang ingin informasi cepat.
Facebook tak ingin aktivitas membuka tautan memperlambat akses berita sampai ke pembaca.
BDI paham hal ini. Menurutnya, tak masalah jika media sosial nantinya ingin bertindak sebagai pengepul berita. Asalkan, kerjasama dengan organisasi media menguntungkan kedua pihak.
"Kalau memang media sosial mau jadi agregator ya silakan saja. Asalkan mekanismenya tetap bisa saling membantu organisasi media,'' ia menuturkan.
Agregator berita godokan
Facebook kabarnya akan bertajuk
''Instant Articles''. Disinyalir, Mei ini
Facebook bakal menguji coba fitur tersebut.
Untuk menarik perhatian media agar mau bekerja sama,
Facebook dikabarkan akan memberikan seluruh keuntungan iklan yang didapat dari konten
''Instant Articles''. Tapi tetap saja, arus pembaca akan lebih banyak masuk ke
Facebook ketimbang portal media penyedia konten.
Saat ditanya apakah detikcom berniat bekerjasama dengan media sosial yang jadi pengepul berita, BDI belum bisa memastikan. ''Kita belum tahu, masih harus dilihat penawaran dan konsepnya seperti apa,'' pungkasnya.