KOMPAS.com - Depok Community Festival akan kembali digelar untuk ketiga kalinya. Ini adalah perhelatan komunitas terbesar yang diadakan di
Depok, mengumpulkan komunitas dari berbagai minat dan hobi.
Kegiatan yang akrab dengan sebutan DCF itu akan diadakan Minggu, 28 Desember 2014 di area parkir LIA
Depok, Jalan Margonda Raya. Tema yang diusung, seperti disampaikan dalam keterangan resmi yang diterima
KompasTekno, Rabu (24/12/2014), adalah
Urban Civic Movement.
Urban Civic Movement merujuk pada sebuah gerakan berbasis komunitas untuk mewujudkan
Depok sebagai kota yang lebih baik. Salah satu aspirasinya adalah mewujudkan
Depok sebagai Smart City. Tentunya, dengan penekanan pada kenyamanan bagi penghuninya.
Sebelumnya, lewat tema yang sama, komunitas di
Depok telah mengadakan forum diskusi yang menghubungkan
Depok dengan pakar Smart City
di Bandung dan Chicago. Diskusi santai tersebut digelar dengan memanfaatkan teknologi
teleconference.
“Mimpi memiliki kota yang atraktif dan penuh interaksi di ruang-ruang publik, direalisasikan dalam sebuah gerakan insiatif dari hobi dan
interest masing-masing, yang kita sebut dengan gerakan warga perkotaan atau
Urban Civic Movement,” kata Ketua Panita DCF 2014, Desti Hafizho, seperti dikutip dari
Depoklik.
Menurutnya, tema ini diangkat dari hasil diskusi para penggiat komunitas bersama akademisi, pakar perkotaan, serta pihak-pihak lain yang memiliki perhatian khusus pada aktivitas
hyperlocal.
Dalam sebuah diskusi menjelang DCF, Ketua Indonesia Kijang Club (IKC) Chapter
Depok, Krisdiyan, mengatakan
Depok memang termasuk kota yang kekurangan ruang publik. “Ruang publik kita masih minim, maka komunitas lah yang akan membuatnya sendiri melalui aktivitas-aktivitasnya nanti di kota ini, agar lebih hidup,” ujarnya.
Dalam diskusi santai yang digelar 14 Desember 2014 itu, hadir pula pakar tata ruang perkotaan Emil Dardak, yang juga merupakan penggiat Rumah Komunitas
Depok.
Menurut Emil, kunci dari perubahan kota ini untuk menjadi lebih nyaman, ada pada komunitas warganya. Adanya kegiatan komunitas membuat warga mau menghabiskan waktu dan mengekspresikan hobinya dengan nyaman.
“Komunitas terbukti dapat membawa warga
Depok tidak lagi apatis terhadap kotanya sendiri. Tidak lagi membuat
Depok sekadar ‘tempat tidur’ setelah Senin hingga Jumat bekerja di Jakarta dan cuek dengan keadaan sekitar," tuturnya.
"Itulah istimewanya
Depok, perubahan (berasal) dari komunitas warganya,” ia menandaskan.