KOMPAS.com - Faktor-faktor yang meningkatkan risiko penyakit stroke tak jauh berbeda dengan faktor risiko penyakit jantung. Salah satunya adalah kadar
Kolesterol yang buruk.
Kadar
Kolesterol yang buruk, yakni kadar
Kolesterol jahat (LDL) yang tinggi dan rendahnya kadar
Kolesterol baik (HDL) bisa meningkatkan risiko penyempitan atau penyumbatan arteri, termasuk arteri dari jantung menuju otak.
Kendati demikian,
Kolesterol tinggi yang hanya berlangsung sementara tidak perlu terlalu dicemaskan. "Kalau kadar
Kolesterol tingginya hanya sesaat, misalnya pola makan sedang buruk, tidak apa-apa. Yang bahaya itu kalau kadarnya terus-menerus tinggi," kata dr.Frandy Susatia, spesialis saraf dari RS.Siloam Kebon Jeruk Jakarta, dalam acara media edukasi mengenai stroke di Jakarta (20/5/14).
Oleh karena itu pemeriksaan kadar
Kolesterol secara rutin wajib dilakukan. Jika kadar
Kolesterol tinggi, dalam jangka panjang akan menimbulkan endapan plak pada pembuluh darah. Plak dapat mengurangi atau menghambat aliran darah di arteri atau juga terpecah dan terbawa menuju otak sehingga terjadi stroke.
Orang yang memiliki kadar
Kolesterol tinggi disarankan untuk melakukan pemeriksaan kondisi pembuluh darah. "Bisa dilakukan semacam USG karotis di daerah leher untuk mendeteksi plak dan mengetahui ketebalannya. Makin tebal tentu risikonya makin tinggi," ujarnya.
Selain pemeriksaan USG bisa juga dilakukan pemeriksaan aliran darah ke otak menggunakan metode khusus. "Kalau alirannya rendah maka bisa menandakan adanya penyumbatan," katanya.
Dokter akan melakukan tindakan pembedahan untuk mencegah terjadinya stroke. Menurut Frandy pembedahan ini bertujuan untuk membersihkan plak yang menumpuk. Arteri yang dibersihkan adalah pada bagian leher. "Arteri di bagian ini termasuk pembuluh darah besar sehingga lebih efektif," katanya.